REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan fenomena perubahan iklim membuat spesies air berisiko terancam punah akibat perubahan suhu, lingkungan, dan habitat. Peneliti ahli utama dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Amir Hamidy mengatakan, berbagai spesies yang hidup di air menjadi makhluk hidup pertama yang merasakan dampak perubahan iklim tersebut.
"Perubahan siklus air berdampak langsung pada perilaku reproduksi spesies," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Amir menyebut, katak adalah bioindikator yang sangat baik untuk ketersediaan air, salah satunya Katak Merah yang bernama latin Leptophryne cruentata. Katak Merah itu ditemukan di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Berdasarkan hasil pemantauan selama 40 tahun yang dilakukan oleh para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lembaga terkait, distribusi Katak Merah telah mengalami penurunan dan menjauhi ketinggian yang biasanya mereka tempati. Menurutnya, penurunan distribusi dan migrasi itu akibat perubahan suhu yang terjadi pada kawasan Gunung Gede Pangrango.
Suhu yang berubah mempengaruhi siklus reproduksi yang berdampak pola perkembangbiakan katak merah. "Ada spesies yang bisa bertahan hidup dan ada spesies yang tidak bisa bertahan hidup. Namun, hal yang dikhawatirkan adalah ketika spesies-spesies itu tidak bisa bertahan hidup dengan perubahan iklim yang sangat ekstrem," kata Amir.
Tak hanya di Indonesia, perubahan iklim juga menyebabkan penurunan populasi Katak Panama. Amir memandang bahwa pemahaman dampak perubahan iklim terhadap berbagai spesies sangat penting untuk upaya konservasi dan perlindungan biodiversitas. Langkah-langkah mitigasi yang tepat perlu dilakukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem dan kehidupan berbagai spesies di bumi.