REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kematian adalah janji yang paling benar dan hakim yang paling adil. Mati membuat orang sedih dan menangis, memisahkan seseorang dari kelompoknya, mati menghancurkan kelezatan dunia, dan memutus setiap angan-angan.
Dalam kitab at-Tadzkirah karya Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Anshari al-Khazraji, al-Andalusi, al-Qurthubi atau dikenal dengan sebutan Imam Qurthubi tepatnya pada Babu Dzikril Mauti Wa Fadhlihi Wal Isti'dadi Lahu (Bab tentang Mengingat Kematian dan Keutamaan Bersiap untuknya), mengatakan karena itu hendaknya seseorang memperbanyak mengingat mati dan menyiapkan apa saja untuk menghadapi kematian dan setelah kematian.
Orang yang mengalami kematian akan ditinggal segalanya, anak istrinya, keluarganya, sahabatnya.
Maka dari itu bagi orang yang selalu menumpuk-numpuk harta, maka harta tersebut tidak akan dibawa ke alam kubur (kecuali menjadi sedekah jariyah). Yang dibawa setiap orang yang mati hanya kain kafan.
Lalu seperti apakah gambaran malam pertama di alam Kubur? Syekh Aidh Al Qarni dalam buku yang telah dialihbahasakan menjadi Malam Pertama di Alam Kubur menjelaskan, pada hari seorang manusia ditempatkan di dalam sebuah lubang kubur seorang diri tanpa teman, istri, dan anak-anak, ia hanya akan ditemani oleh amalnya sendiri. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Anam ayat 62:
ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ ۚ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ
Yang artinya, “Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) ada pada-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat.”
Syekh Aidh menjelaskan bahwa malam pertama di alam kubur adalah malam di mana para ulama menangis, para pemimpin mengadu, dan para penyair meratap. Sungguh, bila kematian sudah datang, maka sekali-kali manusia tidak akan mungkin dikembalikan lagi ke dunia.
“Maka pada hari itu engkau akan melihat semua amal perbuatan. Hari itu juga engkau akan menyesal; yakni ketika memang dirimu tak bisa lagi berbuat kemaksiatan,” kata Syekh Aidh.
Ketika sampai di alam kubur, manusia tidak akan bisa mengajak bicara mereka yang masih hidup. Ia tidak akan keluar menemui mereka yang masih hidup satu malam pun. Ia tidak bisa menciumi anak-anaknya, dan tidak sekalipun ia bangun untuk melihat istrinya yang maish hidup.
Itulah malam pertama di alam kubur. Namun demikian, ada malam-malam lain bagi seseorang yang baik perbuatannya. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat At Tur ayat 21:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”