REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tunisia telah menaikkan harga air minum hingga 16 persen sebagai respon terhadap kekeringan yang telah berlangsung selama lima tahun. Demikian menurut pengumuman resmi pemerintah.
Setelah kekeringan selama bertahun-tahun, curah hujan rata-rata dalam beberapa bulan terakhir sebetulnya telah meningkat. Namun menurut seorang pejabat pemerintah, seperti dilansir Reuters, Rabu (6/3/2024), air di bendungan-bendungan Tunisia hanya mencapai 35 persen dari kapasitas.
Sementara itu, tahun lalu, negara di Afrika Utara ini memberlakukan sistem kuota untuk air minum dan larangan penggunaannya untuk pertanian. Sejak musim panas lalu, negara ini telah memutus pasokan air pada malam hari.
Harga air tidak akan berubah untuk konsumen skala kecil. Namun bagi mereka yang konsumsinya melebihi 40 meter kubik akan mengalami kenaikan sekitar 12 persen menjadi 1.040 dinar Tunisia per meter kubik, sementara konsumen dengan konsumsi antara 70 hingga 100 meter kubik per kuartal akan membayar 13,7 persen lebih mahal, yaitu 1.490 dinar per meter kubik, yang akan berlaku segera.
Kenaikan tertinggi adalah bagi mereka yang konsumsinya melebihi 150 meter kubik dan untuk fasilitas-fasilitas wisata, di mana harga per meter kubiknya meningkat 16 persen menjadi 2.310 dinar.
Di sisi lain, Tunisia juga telah meluncurkan pabrik desalinasi air untuk mencoba menebus kekurangan bendungan di negara ini dan dampak perubahan iklim.