Selasa 12 Mar 2024 12:53 WIB

Bunuh Diri Sekeluarga di Penjaringan, Pakar Duga Sang Ayah Doktrin Keputusasaan Bersama

Pakar menduga sang ayah punya peran sentral pengaruhi keluarga.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
TKP sekeluarga bunuh diri di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).
Foto: Republika.co.id/Bayu Adji Prihammanda
TKP sekeluarga bunuh diri di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi klinis dari Universitas Islam Indonesia (UII), Qurotul Uyun, mengungkapkan analisis mengenai kematian sekeluarga di Penjaringan. Uyun menduga sang ayah mendorong anggota keluarganya mengakhiri nyawa. 

Empat orang dilaporkan meninggal setelah melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (9/3/2024) sore. Empat orang itu masih satu keluarga, yaitu sepasang orang tua dan dua orang anaknya. Uyun menduga sang ayah memengaruhi istri dan kedua anaknya ikut mengakhiri hidup. 
 
"Ayahnya menyebarkan pengaruh negatif bahwa kehidupan semua anggota keluarga akan sulit sehingga mungkin membangun keputusasaan bersama," kata Uyun saat dikonfirmasi pada Selasa (12/3/2024).
 
Uyun mengamati orang tua dapat memengaruhi sudut pandang seluruh keluarga terhadap masa depannya. Peran orang tua dinilainya krusial membuat anak menganggap bunuh diri sebagai jalan keluar terbaik mengakhiri penderitaan hidup.
 
"Jika memang begitu, keluarga kompak dengan ide mengakhiri hidup. Mungkin orangtuanya sangat kuat mempengaruhi anggota keluarga jadi pola pikir keluarganya berubah negatif atas masa depan," ujar Uyun. 
 
Uyun menyandarkan pendapatnya dengan merujuk kasus bunuh diri sekeluarga yang pernah terjadi di Indonesia. Uyun menganalisa kasus semacam itu terjadi akibat ulah orang tuanya. "Soalnya kasus lain seringnya anak-anaknya masih usia sangat muda kemudian diracun, dan orangtuanya bunuh diri," ucap Uyun.
 
Sebelumnya, aparat kepolisian mengungkapkan empat korban bunuh diri melompat dari Apartemen Teluk Intan dalam kondisi tangan terikat ketika jatuh secara bersamaan. Para korban terakhir menempati salah satu unit di apartemen tersebut sekitar dua tahun lalu sebelum akhirnya kembali kemarin.
 
"Pada saat terjatuh itu masih dalam kondisi EA (50 tahun) dan JL (15) terikat tangannya dengan tali yang sama. AEL (52) terikat tali yang sama dengan JWA (13), ikatan tali tersebut mengikat," ucap Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di Jakarta, Sabtu.
 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement