REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat Vini Adiani Dewi mengungkapkan bahwa vaksin belum menjadi solusi untuk mengatasi kasus demam berdarah dengue (DBD). Sementara itu, sejak awal tahun, angka kasusnya terus naik dengan 7.654 kasus dan 71 di antaranya meninggal dunia.
Alih-alih hanya mengandalkan vaksin, Vini menyarankan masyarakat menerapkan pola 3M Plus, sebab penerapannya akan lebih efektif mencegah DBD ketimbang penggunaan vaksin. Belum lagi dari sisi harga yang cukup mahal, vaksin DBD juga belum menjadi kebijakan pemerintah.
"Mohon maaf, ya, mungkin akan mubazir pembiayaannya dibandingkan kita melakukan gerakan 3M Plus, yakni menguras, menutup tempat penampungan air, mengolah barang bekas yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, serta memelihara hewan pemakan jentik di tempat penampungan dan menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk ketimbang menggunakan vaksin DBD," ujar Vini dalam pesan singkatnya di Bandung, Selasa (12/3/2024).
Sementara itu, Kepala Staf Kedokteran Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Djatnika Setiabudi, menjelaskan vaksin DBD sejatinya sudah bisa didapat masyarakat di tempat praktik dokter atau rumah sakit swasta. Hanya saja, dari sisi harga, vaksin DBD memang cenderung mahal, yakni sekitar Rp 300 ribu-Rp 350 ribu untuk sekali suntik atau sekitar Rp550 ribu untuk satu paket, yakni dua kali suntik.
"Jadi, memang dua kali suntik, jaraknya (dari suntik pertama ke kedua) tiga bulan. Jadi sama seperti vaksin Covid-19," ucapnya.