Kamis 14 Mar 2024 09:29 WIB

Waspada, 6 Orang Warga Kota Bandung Meninggal Dunia Akibat DBD

Kenaikan kasus DBD diduga dipengaruhi kondisi cuaca ekstrem

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Petugas melakukan pengasapan atau fogging di permukiman warga Desa Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Petugas melakukan pengasapan atau fogging di permukiman warga Desa Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Sebanyak enam orang warga Kota Bandung meninggal dunia akibat terserang penyakit demam berdarah dengeu (DBD) periode Januari hingga Maret 2024. Total kasus yang terlaporkan mengalami peningkatan mencapai 615 orang.

Menurut Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bandung dr Ira Dewi Jani, kasus DBD periode Januari-Maret tahun 2024 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2023. Terdapat pula enam orang warga Kota Bandung meninggal dunia akibat DBD.

Baca Juga

"Di Bandung kasusnya naik kalau tahun ini dari Januari 615 kasus lebih tinggi dibanding Januari kemarin 321 kasus.  Memang, kasusnya meninggi walau di Februari tercatat menurun 251 kasus tapi memang belum semua laporan dari fasilitas kesehatan terkumpul," ucap dia saat dikonfirmasi, Kamis (14/3/2024).

Meski kasus di bulan Februari menurun, kata dia, tapi belum tentu kasus mengalami penurunan. Sebab masih terdapat laporan kasus DBD yang belum terkumpul. Selain itu, terdapat enam orang warga Kota Bandung yang meninggal dunia akibat DBD. Mereka mayoritas masih berusia anak-anak.

"Tercatat, ada enam yang meninggal walau dilihat fatality rate di bawah satu persen tapi buat saya banyak. Tahun kemarin 8, tahun sekarang baru Maret udah 6," katanya.

Dengan kondisi tersebut, Ira mengajak masyarakat untuk waspada terhadap penyebaran DBD meski kasus di bulan Februari menurun. Ira menduga bahwa kenaikan kasus DBD dipengaruhi kondisi cuaca ekstrem. "Musim kemarau panjang, gara-gara El Nino nyamuk bertelur nempel di sela dinding atau penampungan," kata dia.

Apabila musim kemarau, ia menyebut sumber air atau tempat penyimpanan air mengalami penurunan permukaan. Saat itu nyamuk Aedes Agepty bertelur dan menempelkannya di dinding permukaan tempat penyimpanan air.

"Saat kemarau, gak terisi air itu bisa bertahan lama (telur) bisa setahun, begitu musim hujan permukaan air naik si telur ketemu air menetas jadi Aedes Agepty dan nyamuk dewasa itu berpotensi menyalurkan virus dengeu," kata dia.

Dengan kondisi tersebut, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Dengan cara tidak hanya menutup dan mengubur barang barang berpotensi menyimpan air. Namun juga menguras bak.

"Gimana caranya di rumah masing-masing masing PSN sepekan sekali, perlu kerja sama dari masyarakat mengurask, tolong juga diperhatikan lagi," kata Ira seraya mengatakan kondisi talang-talang air di rumah pun harus dicek memastikan tidak terdapat penyebaran bibit nyamuk.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement