Kamis 14 Mar 2024 11:30 WIB

Penderita Penyakit Ginjal Kronis Sering tak Sadar Fungsi Ginjalnya Rusak 90 Persen

Jika gejala sudah muncul, rata-rata fungsi ginjalnya sudah rusak sampai 90 persen.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis atau PGK merupakan kondisi yang terkadang tidak disadari pengidapnya.
Foto: Republika
Penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis atau PGK merupakan kondisi yang terkadang tidak disadari pengidapnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit ginjal kronis atau PGK merupakan kondisi yang terkadang tidak disadari pengidapnya. Penting untuk melakukan skrining dini. Pasalnya jika gejala sudah muncul, rata-rata fungsi ginjalnya sudah rusak sampai 90 persen. 

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), Dr dr Pringgodigdo Nugroho menekankan pentingnya skrining dan deteksi dini penyakit ginjal. Dengan begitu, PGK dapat ditangani dengan tepat dan meningkatkan harapan hidup pengidapnya.

Baca Juga

“Biasanya pasien baru mengeluh saat fungsi ginjal sudah 90 persen rusak. Pada awal, tidak bergejala,” ujarnya dalam konferensi pers World Kidney Day yang diadakan Pernefri bersama Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Skrining, deteksi dini, dan tatalaksana awal PGK tidak hanya akan menurunkan angka gagal ginjal dan kebutuhan terapi transplantasi ginjal di Indonesia, namun juga akan mengurangi biaya kesehatan pasien gagal ginjal. Dr Pringgodigdo mengatakan, kemajuan bioteknologi dan perkembangan farmasi saat ini sudah sangat bekembang sehingga modalitas untuk mengahambat progresifitas penyakit sudah semakin banyak. Modalitas tersebut diharapkan dapat diakses secara merata oleh individu yang membutuhkan. 

Misalnya seseorang dengan fungsi ginjalnya yang masih 100 persen, lalu gejala penurunan fungsi ginjalnya tidak dirasakan tetapi terdeteksi dini, maka harapan hidup orang tersebut sampai ginjalnya benar-benar tidak berfungsi itu bisa mencapai 11 tahun. “Semakin awal penyakit terdeteksi, maka progresi penyakit dapat dicegah, serta menurunkan kejadian komplikasi kardiovaskular, angka kesakitan dan kematian. Penyebab paling tinggi penyakit ginjal kronis ini dialami oleh pasien penderita hipertensi dan diabetes,” ucap dr Pringgodigdo.

Pasien dengan PGK diharapkan harus segera menjalani terapi optimal. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan sakit ginjal, menurunkan kebutuhan cuci darah atau transplantasi ginjal, memperlambat komplikasi kardiovaskular, serta menurunkan angka kematian.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr Eva Susanti menyampaikan, selain tatalaksana progresifitas, harus ditekanklan khusus mengenai pengendalian faktor risiko PGK seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.

Berbagai upaya promotif dan preventif mengenai pengendalian faktor risiko sudah dilakukan di direktoral P2PTM seperti promosi kesehatan, dukungan riset inovatif lintas sektor, skrining dan deteksi dini, serta monitoring dan pembuatan regulasi yang berhubungan dengan layanan pengendalian faktor risiko di tempat praktik kesehatan. 

“Upaya-upaya Kemenkes untuk meningkatkan pemerataan juga sudah berjalan. Berbagai alat-alat yang dibutuhkan untuk skrining dan deteksi dini PGK sudah disediakan di kabupaten atau kota sehingga dapat menjangkau masyarakat luas,” kata dr Eva.

BPJS Kesehatan juga meng-cover biaya skrining hingga pengobatan untuk pasien PGK. Bahkan untuk transplantasi ginjal juga sudah ter-cover, seperti misalnya dijelaskan dr Pringgodigdo, setiap pekan selalu ada satu atau dua pasien yang menjalani transplantasi ginjal di RS Ciptomangunkusumo Jakarta.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement