Suasana dan semarak seperti itu yang tidak saya alami pada Ramadhan tahun ini. Di Cina, tepatnya di Beijing tempat saya tinggal, aktivitas warga berjalan seperti biasa. Mungkin sebagian besar dari mereka bahkan tidak tahu bahwa Ramadhan telah tiba. Tapi tentu saya maklum.
Salah satu hal yang ternyata perlu saya lakukan ketika menjalani Ramadhan di Beijing adalah mencari jadwal sholat, termasuk di dalamnya terkait waktu imsak dan iftar. Sebab berbeda dengan di Indonesia, di sini tak ada badan keagamaan khusus yang merilis jadwal semacam itu. Beruntung, saya sempat memperbincangkan hal tersebut dengan jurnalis Muslim asal Malaysia yang tengah mengikuti program sama seperti saya.
Dari dia saya memperoleh jadwal waktu imsak dan iftar. Jadwal tersebut dirilis oleh pengurus Masjid Niujie, yakni masjid tertua di Beijing.
Sebagai informasi, perbedaan waktu antara Beijing dan Jakarta hanya satu jam. Beijing berada pada posisi lebih cepat.
Selama beberapa hari menjalankan puasa Ramadhan di Beijing, suasana sahur begitu sunyi. Karena tak ada lantunan tilawah atau seruan membangunkan warga untuk santap sahur seperti yang biasa saya dengar ketika berada di rumah.
Sementara ketika iftar, sejauh ini saya...