REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan kembali pentingnya semangat solidaritas kemanusiaan di komunitas internasional untuk memperjuangkan berakhirnya perang di Jalur Gaza dan terwujudnya perdamaian di Palestina.
Di hadapan duta besar negara-negara sahabat dalam agenda buka puasa bersama Kemlu RI “Pejambon Ifthar” di Jakarta, Retno mengajak segenap Muslim bersyukur dapat menjalani ibadah di bulan Ramadhan dalam suasana yang damai tanpa ancaman
“Karena tidak demikian halnya untuk saudara-saudara kita di Palestina. Lebih dari 32 ribu warga Palestina tewas di Gaza dan dua juta orang telah mengungsi, dengan hak hidup mereka di tanah mereka sendiri terlucuti,” kata Retno pada Jumat.
Ia menyebut, UNICEF juga melaporkan lebih dari 13 ribu anak-anak meninggal, dan anak-anak lainnya yang selamat bertahan hidup dalam kelaparan.
“Bahkan mereka yang masih hidup pun tidak punya tenaga lagi untuk menangis,” kata Menlu menegaskan.
Ramadan merupakan momentum meningkatkan toleransi dan persatuan. Meski demikian, persatuan komunitas internasional saat ini harus direnungkan kembali mengingat belum tercapainya konsensus demi menyelesaikan konflik di Jalur Gaza.
“Apakah kita, komunitas global, hanya dapat menangis untuk mereka? Atau kita bisa lakukan sesuatu untuk menghentikan krisis kemanusiaan yang sangat mengerikan ini?” ucap dia.
“Untuk Indonesia, pilihan kedua adalah satu-satunya pilihan yang logis,” kata Retno menambahkan.
Menlu mengatakan, Indonesia saat ini berkomitmen meringankan penderitaan rakyat Palestina dengan terus mengirimkan bantuan kemanusiaan dan memperjuangkan kelancaran pengirimannya, serta menggandakan kontribusi untuk UNRWA.
Ia juga menyebut telah berkontribusi menyampaikan pernyataan lisan di Mahkamah Internasional (ICJ) bulan lalu untuk mendukung proses advisory opinion terkait tindakan Israel yang sedang disidang di pengadilan tersebut.
Menlu kemudian mengajak komunitas internasional untuk menjadikan Ramadhan sebagai momentum memperkuat upaya mewujudkan perdamaian di dunia, khususnya di Palestina
“Jadikan Ramadhan sebagai waktu untuk meningkatkan upaya kita mendukung perdamaian dan dialog, serta demi menciptakan dunia di mana tidak perlu ada kanak-kanak yang menderita karena konflik,” ujar Retno.