Senin 25 Mar 2024 20:51 WIB

Kisah Ulama Salaf Abu Nuaim Al Ashfahani, Ajarkan Hadits Meski di Jalanan

Abu Nuaim Al Ashfahani adalah ahli hadits dan ahli sejarah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Ulama hadits (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Ulama hadits (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Al Imam Al Hafizh Adz Dzahabi pernah menceritakan tentang kisah pencarian ilmu yang dilakukan oleh Al Hafizh Abu Nuaim Al Ashfahani Ahmad bin Abdillah. Ini termaktub dalam kitab Tadzkirah Al Huffazh.

Abu Nuaim Al Ashfahani adalah ahli hadits dan ahli sejarah yang lahir pada tahun 336 H dan wafat pada tahun 430 H. Imam Adz Dzahabi meriwayatkan apa yang dikatakan oleh Ahmad bin Marduwaih, bahwa di zamannya, Abu Nuaim senantiasa dikunjungi banyak orang.

Baca Juga

Dalam 'Manajemen Waktu Para Ulama' karya Syaikh Abdul Fattah disebutkan, di belahan dunia mana pun kala itu tak ada ulama yang lebih hebat hafalannya dari Abu Nuaim Al Ashfahani, dan tidak ada yang bisa dijadikan sandaran lebih darinya.

"Para hafizh di berbagai wilayah di dunia sering berkumpul di rumah Abu Nuaim Al Ashfahani," demikian penjelasan Syaikh Abdul Fattah, mengutip riwayat dari Al Hafizh Dzahabi dalam Tadzkirah Al Huffazh.

Setiap hari, di antara mereka diberikan giliran untuk satu kelompok agar mereka bisa mempelajari hadits sebagaimana yang mereka inginkan, hingga datang waktu Dzuhur. Bahkan terkadang pelajaran ini masih berlangsung walaupun di jalanan.

"Kalau sudah waktunya pulang ke rumah, terkadang masih dibacakan sekitar satu juz pelajaran oleh beliau di tengah jalan. Beliau sama sekali tidak pernah bosan. Gizi beliau hanyalah mendengarkan setoran hafalan hadits dan menulis karya ilmiah," demikian kata Imam Adz Dzahabi.

Pada salah satu buah pikirnya, Imam Al Asfahani mendefinisikan hijrah sebagai perpisahan atau perpindahan. Hijrah dari suatu tempat berarti memisahkan diri secara jarak darinya. Demikian juga hijrah dari perbuatan buruk berarti ia tak mau lagi berniat dan melakukan perbuatan tersebut. Jasad dan hatinya benar-benar terpisah dari apa yang ia tinggalkan.

Al Ashfahani juga menjelaskan ihwal istighfar, yang berarti memohon ampunan dengan ucapan dan perbuatan. Maka, perintah Allah yang artinya mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Mahapengampun, sebagaimana tercantum pada Surat Nuh ayat 10, adalah perintah untuk memohon ampunan dengan lisan dan perbuatan. Siapa yang mengatakan bahwa itu cukup dengan lisan saja, jelas itu perbuatan para pendusta.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement