Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, bahwa manusia itu sangat beragam. Berikut bunyi ayatnya:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. (QS. Al-Hujurat: 13).
Pesan yang terkandung dalam Surat Al-Hujurat ayat 12 sangat relevan dalam konteks masyarakat modern yang heterogen, di mana orang-orang dengan latar belakang yang berbeda hidup berdampingan. Bahkan, Allah mengingatkan kepada manusia melalui ayat ini bahwa semua manusia berasal dari asal yang sama tanpa memandang perbedaan apapun, baik perbedaan suku, agama, budaya, maupun bahasa.
Oleh karena itu, menurut Gun Gun, proses saling mengenal dalam dimensi hubungan sosial sangat penting sekali. Karena biasanya perbedaan antar suku, antar agama, antar bangsa kerap kali masih melahirkan konflik yang berawal dari ketidak saling memahami atau ketidakpahaman antara satu dengan yang lain.
Dalam bahasa komunikasi ada yang disebut dengan mutual understanding yaitu pemahaman bersama. Karena saat ini sering kali banyak hal yang bisa menyinggung perasaan orang lain atau yang disebut dengan hate speech artinya ujaran kebencian.
“Maka dibutuhkan pemahaman bersama agar tidak terjadi problematika komunikasi lainnya,” ujar Gun Gun.
Di sisi lain, dunia sudah difasilitasi oleh ragam kanal komunikasi, seperti sosial media, media mainstream, TV, radio kemudian juga kanal-kanal komunikasi warga lainnya, sehingga disebut sebagai era keberlimpahan komunikasi.
Gun Gun mengatakan, hampir setiap hari manusia berhubungan dengan digital, sehingga dengan mudahnya informasi bisa dipertukarkan ataupun disebarluaskan. Namun, interaksi melalui digital itu tidak hanya melahirkan sesuatu yang positif, melainkan memungkinkan melahirkan sesuatu yang berdampak negatif.
Dengan demikian, Gun Gun menuturkan, puasa adalah momentum yang paling tepat untuk meningkatkan kecerdasan komunikasi, karena bagaimanapun manusia tidak bisa egosentris, hanya melihat diri sendiri. Tetapi harus berefleksi bahwa keragaman adalah keniscayaan.
“Kehidupan sosial hampir setiap hari kita bertemu, kemudian berinteraksi dengan orang yang berbeda pikiran berbeda perasaan, berbeda culture, berbeda tingkat pengetahuan sehingga proses ini membutuhkan yang disebut dengan manajemen kenyamanan dan kepastian dalam konteks berkomunikasi,” tuturnya.
Dalam Alquran Surat An-Nahl ayat 125, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125).
Melalui Surat An-Nahl ayat 125, manusia diminta untuk menyampaikan sesuatu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Jika menemukan bantahan dari orang lain, maka bantahlah dengan cara-cara yang baik.
Dengan demikian, berpuasa di bulan Ramadhan mengajarkan manusia untuk menata proses komunikasi antar sesama dengan baik. Bukan hanya menyampaikan secara verbal, tetapi juga menggunakan cara-cara yang bersifat non verbal. Seperti bahasa tubuh, raut wajah, dan jari jemari yang harus dikontrol ketika menyampaikan pesan melalui media sosial.
Di akhir ceramah, Gun Gun berpesan harus lebih berhati-hati ketika menggunakan sosial media, karena segala sesuatu yang disampaikan melalui media sosial akan terlihat oleh semua orang baik atau buruknya pesan yang disampaikan.
“Jari jemari kita yang mengeluarkan pesan di media sosial sifatnya one to many communication, artinya komunikasi dari satu ke banyak orang, dan juga bisa many to many communication yaitu dari banyak ke banyak orang dengan model sharing,” pungkasnya.