Senin 01 Apr 2024 22:27 WIB

Hikmah Itikaf

Itikaf banyak dilakukan di 10 hari terakhir Ramadhan.

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil
Ratusan peserta itikaf mendirikan tenda untuk mengikuti itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan 1445 H di Masjid Raya Habiburrahman PTDI, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (31/3/2024). Dalam kegiatan untuk meraih keutamaan malam lailatul qadar ini, peserta melaksanakan berbagai kegiatan ibadah khususnya membaca Alquran. Acara berlangsung dari 31 Maret hingga 9 April 2024.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Ratusan peserta itikaf mendirikan tenda untuk mengikuti itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan 1445 H di Masjid Raya Habiburrahman PTDI, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (31/3/2024). Dalam kegiatan untuk meraih keutamaan malam lailatul qadar ini, peserta melaksanakan berbagai kegiatan ibadah khususnya membaca Alquran. Acara berlangsung dari 31 Maret hingga 9 April 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG– Bagi umat Islam yang beriman akan memanfaatkan momen terakhir bulan Ramadhan dengan sebaik – baiknya. Pada momen tersebut umat muslim dapat melaksanakan Itikaf demi mengharapkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Terdapat hikmah bagi orang yang menjalankan Itikaf dan menunjukan kecintaannya kepada Allah SWT.

“Allah mensyariatkan i’tikaf bagi mereka yang bertujuan agar hati dan kekuatannya fokus untuk beribadah kepada-Nya, berkhalwat dengan-Nya, memutus diri dari kesibukan dengan makhluk dan hanya sibuk menghadap kepada-Nya. Sehingga, berdzikir, kecintaan, dan menghadap kepada-Nya menjadi ganti semua faktor yang mampu memperkeruh hati,” dikutip dari kitab karya Ibnu Qayyim yang berjudul Zaadul Ma’ad, Senin (01/04/2024).

Baca Juga

Dalam kitabnya dijelaskan bahwa manusia yang konsisten dalam menjalankan kebaikan itu tergantung dari seberapa besar ia meluangkan hatinya kepada Allah SWT. Karena jika hati seorang manusia yang keruh tidak akan dapat mendekatkan hatinya kepada Allah SWT. Makan dan minum berlebihan, terlalu menghabiskan waktu untuk bergaul, dan banyak bicara itu merupakan hal yang dapat memperkeruh hati seseorang.

Maka, Allah SWT mensyariatkan puasa untuk menghilangkan nafsu makan dan minum yang berlebihan. Sebagaimana Allah SWT yang Maha Penyayang, Allah SWT mensyariatkan hal tersebut sesuai dengan kemampuan dan bermanfaat bagi hambanya di dunia maupun di akhirat.

Allah SWT juga mensyariatkan hambanya untuk melaksanakan Itikaf yang bertujuan untuk memperbaiki hati yang telah keruh tersebut dapat jernih kembali. Dengan berdzikir dan mendekatkan diri dengan beribadah dapat menjadi faktor untuk mengganti hati yang keruh. Selain itu, kesedihan dan kekeruhan hati juga dapat dihilangkan dengan cara selalu mengingat Allah SWT, mencari ridhanya, dan melakukan amalan yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya.

Hal tersebut semata – mata untuk mengharapkan kelembutan dari Allah SWT yang Maha Penyayang agar terhindar dari siksa yang mengerikan di alam kubur. Karena tidak ada lagi seorangpun yang dapat berbuat lembut dan menolong hamba-Nya pada saat di akhirat nanti selain Allah SWT.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement