REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sajian ketupat identik dengan Lebaran dan kerap dihidangkan bersama masakan lainnya. Namun tahukah Anda, ketupat tidak sekadar istilah untuk makanan semata. Ternyata, ada makna mendalam di baliknya.
Menurut Chef Zahakir Haris yang juga merupakan Ketua Indonesia Chef Association (ICA) BPC Bogor Raya, ketupat berasal dari istilah Laku Papat (empat tindakan) yakni Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan. “Lebaran” berarti kita menyelesaikan diri dari melakukan kesalahan. “Luberan” menyimbolkan agar sedekah dengan ikhlas dengan layaknya air berlimpah.
Sementara itu, “Leburan” artinya meleburnya dosa dengan bermaaf-maafan dan silaturahim. Dan “Laburan” mengandung arti kembali menjadi putih dan suci pada hari yang Fitri.
“Menjadi putih dan suci ketika melewati Lebaran tersebut, suci lagi. Tujuannya ketupat untuk apresiasi umat Islam dan simbol kebersaman serta kasih sayang," ujar Chef Haris yang juga owner Tandi's Bakery ini kepada Republika.co.id pada akhir Maret lalu.
Dia mengatakan sejarah singkat ketupat hampir semua sama dari berbagai literatur. “Ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga di Demak dengan istilah Bada Lebaran dan Bada Kupat. Itu sejarahnya pada 15 SM," kata Chef Haris.
Ketupat biasa disajikan dengan opor. Jika tadi Lebaran memiliki arti pelaburan dosa-dosa, maka ketupat dan opor bermakna saling memaafkan.
Kuah opor berasal dari akulturasi alias penyampuran budaya Indonesia dengan asing. Kuah gulai dari Arab dan kari dari India dimodifikasi sehingga tidak terlalu kental. Berhubung kuah gulai dan kari terlalu pekat, maka akulturasi yang masuk ke Indonesia disesuaikan dengan lidah masyarakat kita.
"Jadi kuah santannya tidak sepekat gulai dan kari. Makannya ada teknik pembuatan opor kuning dan putih. Yang membedakan dari rempahnya," kata dia.