Rabu 10 Apr 2024 09:01 WIB

Puasa Syawal dan Keutamaannya

Dianjurkan puasa sunnah saat bulan Syawal.

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil
Hidangan berbuka puasa Syawal (Foto: ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Hidangan berbuka puasa Syawal (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Setelah menjalankan puasa sebulan penuh pada Ramadhan, umat muslim yang beriman dianjurkan untuk tetap konsisten menjalankan ibadah – ibadah yang dilakukan pada bulan puasa. Ibadah yang dapat dilakukan adalah puasa Syawal, puasa tersebut memiliki keutamaan seperti puasa setahun penuh.

“Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh,” dikutip dari kitab Syarh An Nawawi, Kamis (04/04/2024).

Baca Juga

Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk berpuasa enam hari setelah hari raya Idul FItri. Seperti yang tertulis pada Hadits Riwayat Ibnu Majah, Nabi Muhammad SAW bersabda,

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)

Artinya : “Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal).”

Karena pada dasarnya, puasa merupakan perisai bagi seorang muslim di dunia maupun di akhirat. Jika di dunia, puasa merupakan perisai untuk terhindar dari perbuatan maksiat. Jika di akhirat, puasa menjadi perisai agar terhindar dari api neraka. Seperti yang tertulis pada Hadits Riwayat Tirmidzi yang berbunyi,

أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …

Artinya : “Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …”

Maka, Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk melaksanakan puasa Syawal dengan tujuan untuk mendapatkan cinta dari Allah SWT. Karena Allah SWT menyukai hambanya yang melaksanakan puasa sunnah. Dengan catatan, dapat memenuhi syarat – syarat tertentu, seperti tidak dalam keadaan sakit, tidak dalam keadaan nifas, dan tidak sedang dalam perjalanan (musafir). Jika seseorang seperti yang disebutkan, maka tidak diwajibkan untuk berpuasa sunnah. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement