Sabtu 06 Apr 2024 15:41 WIB

Ditakuti Hollywood, Seperti Apa Cara Kerja Sora dari OpenAI?

Sora merupakan perangkat yang mirip seperti aplikasi Adobe After Effects.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
Gambar yang dihasilkan oleh AI. OpenAI telah merilis serangkaian video yang dibuat oleh para beta tester dengan menggunakan Sora.
Foto: Freepik
Gambar yang dihasilkan oleh AI. OpenAI telah merilis serangkaian video yang dibuat oleh para beta tester dengan menggunakan Sora.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi generative AI tampaknya mulai merambah lebih dalam ke industri hiburan dengan kehadiran Sora dari OpenAI. Perangkat penghasil video ini mampu menciptakan video yang sangat realistis hanya dengan sebuah perintah teks yang terdiri dari dua kalimat.

Dalam beberapa hari terakhir, OpenAI telah merilis serangkaian video yang dibuat oleh para beta tester dengan menggunakan Sora. Selain berkesempatan untuk mencoba Sora, para beta tester ini juga memberikan sejumlah saran dan masukan kepada OpenAI untuk meningkatkan teknologi Sora.

Baca Juga

Tiga orang beta tester yang berkesempatan untuk mencoba Sora adalah Walter Woodman, Sidney Leeder, dan patrick Cederberg dari perusahaan produksi Shy Kids. Mereka pernah berkolaborasi dalam beragam proyek dengan perusahaan-perusahaan besar seperti HBO hingga Netflix.

Dengan memanfaatkan Sora, ketiganya membuat sebuah film pendek surealis berjudul Air Head. Film ini berkisah mengenai seorang pria berkepala balon.

Woodman mengungkapkan bahwa Sora merupakan perangkat yang mirip seperti aplikasi yang biasa dia gunakan, yaitu Adobe After Effects dan Premiere. Menurut Woodman, Sora memungkinkan penggunanya untuk mencurahkan energi hingga talenta mereka untuk menghasilkan sebuah karya.

Meski begitu, Woodman tampak tidak setuju bila Sora atau teknologi serupa diklaim akan menggantikan semua aspek dalam industri perfilman. Meski Sora hadir dengan teknologi yang memudahkan, Woodman menyatakan bahwa ada banyak komponen dalam sebuah film yang tak bisa digantikan dengan teknologi.

Selain itu, Woodman juga menyanggah anggapan yang meyakini bahwa pengguna Sora tak perlu melakukan banyak hal untuk menghasilkan video. Woodman menyatakan bahwa pengguna tetap harus melakukan banyak usaha untuk bisa menghasilkan video yang berkualitas dengan memanfaatkan Sora.

Di sisi lain, Cederberg menilai kehadiran Sora sangat membantu untuk menghidupkan visi yang dia miliki dengan lebih cepat. Selain itu, Sora juga mampu membantu dirinya untuk mendemonstrasikan sebuah visi dengan lebih baik.

Dari segi teknis, Woodman menyatakan bahwa Sora dapat menghasilkan video berdasarkan perintah teks dengan durasi maksimal sekitar satu menit. Woodman menambahkan, Sora mampu menghasilkan sejumlah gambar yang menarik.

Namun seperti perangkat generatif AI lainnya, Cederberg menyatakan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam penggunaan Sora adalah menghasilkan video-video yang konsisten sehingga bisa disatukan menjadi sebuah film. Cederberg berharap OpenAI bisa memberikan kendali atau kontrol lebih besar pada pengguna Sora.

Kendala ini pula yang mendorong Cederberg, Woodman, dan Leeder untuk menciptakan karakter pria berkepala balon di dalam film pendek mereka. Tanpa adanya visualisasi wajah, mereka bisa dengan lebih mudah menciptakan satu sosok karakter dengan tampilan yang konsisten di tiap video.

"(Trik ini lebih mudah) daripada menggunakan karakter yang wajahnya terus berubah (karena Sora tak bisa menghasilkan gambar wajah yang konsisten)," ujar Cederberg kepada The Hollywood Reporter, seperti dilansir pada Sabtu (6/4/2024).

Untuk membuat film pendek Air Head, trio Shy Kids pada mulanya menyusun ide dan merancang karakter. Berdasarkan ide yang sudah dikembangkan, mereka mulai menghasilkan video melalui Sora dengan menggunakan perintah teks.

Video yang mereka hasilkan....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement