REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel menyisakan satu brigade di Gaza selatan setelah menarik banyak pasukannya dari daerah itu. Sementara Hamas mengirim tim ke Mesir untuk perundingan terbaru mengenai gencatan senjata perang yang sudah berlangsung selama enam bulan.
Israel mulai mengurangi jumlah pasukan di Gaza sejak awal tahun ini untuk memulangkan tentara cadangan dan karena tekanan yang semakin kuat dari Washington untuk memperbaiki situasi kemanusiaan. Terutama setelah pembunuhan yang dilakukan Israel pada tujuh pekerja kemanusiaan.
Juru bicara militer Israel tidak mengungkapkan alasan detail mengenai penarikan pasukan dan jumlah pasukan dilibatkan. Baik Israel dan Hamas yang menguasai Gaza mengkonfirmasi mereka mengirim delegasi ke Mesir.
Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Israel tidak akan tunduk pada tekanan asing dan akan memenuhi 'permintaan ekstrem' ketua Hamas Basem Naim. "Netanyahu masih bersusah payah untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari kegagalan dan melepas tanggung jawab dari satu hari setelah pertempuan. Tampaknya tekanan AS tidak cukup untuk mendorongnya untuk menggelar gencatan senjata yang komprehensif dan menyeluruh," kata Naim, Ahad (7/4/2024).
Hamas mengatakan, kesepakatan gencatan senjata yang menyeluruh dan komprehensif juga harus memastikan penarikan pasukan Israel dari Gaza dan membebaskan pergerakan warga di seluruh Jalur Gaza. Israel mengklaim Hamas menculik 250 sandera dalam serangan mendadak 7 0ktober lalu.
Dalam serangan itu Israel juga mengklaim membunuh sekitar 1.200 orang yang sebagian besar warga sipil. Sementara Kementerian kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke Gaza sudah menewaskan 33.100 orang Palestina.
Belum diketahui apakah pengurangan pasukan di Gaza selatan akan menunda rencana Israel menyerang Rafah, kota paling selatan Gaza yang kini menampung lebih dari 1 juta pengungsi dari daerah lain di Gaza. Netanyahu berjanji akan melanjutkan serangan itu karena ia percaya Hamas menyembunyikan benteng terakhir di kota tersebut.
Namun negara-negara asing termasuk Amerika Serikat mengatakan serangan itu dapat meningkatkan jumlah korban jiwa sipil. Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pengurangan pasukan tampaknya untuk "beristirahat dan memulihkan diri" dan tidak mengindikasi akan ada operasi baru.
Warga Kota Khan Younis di selatan Gaza yang dibom selama beberapa bulan terakhir mengatakan mereka melihat sejumlah pasukan Israel meninggalkan pusat kota dan mundur sampai ke distrik timur.