Senin 08 Apr 2024 07:30 WIB

Partai di Korsel Bersaing Rayu Pemilih Jelang Pemungutan Suara

Pemilu di Korea Selatan akan berlangsung pada Rabu, 10 April 2024.

Demonstrasi para tenaga kesehatan di Korsel menjadi salah satu isu penting di tengah masyarakat.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Demonstrasi para tenaga kesehatan di Korsel menjadi salah satu isu penting di tengah masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Partai-partai Korea Selatan melakukan upaya terakhir untuk merayu pemilih di daerah-daerah ibu kota dan distrik-distrik dengan persaingan ketat jelang pemungutan suara yang akan berlangsung Rabu (10/4/2024). Upaya mendulang suara pemilih yang berlangsung pada Ahad (7/4/2024) tersebut, terjadi lantaran jumlah pemilih pada pemungutan suara awal mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu 31,28 persen.

Pemimpin Partai Kekuatan Rakyat (PPP) Han Dong-hoon mengunjungi pusat kota Daejeon dan daerah di sekitar Provinsi Chungcheong untuk ketiga kalinya sejak kampanye dimulai pada bulan lalu. Daerah tersebut dianggap sebagai negara bagian yang tidak dapat dituju (swing state) dengan salah satu daerah pemilihan terbanyak yang menurut PPP hampir tidak dapat dijangkau.

Baca Juga

Di kota Daejeon, Han memanjakan para pemilih dengan berjanji untuk mengembangkan wilayah tersebut dengan meningkatkan anggaran penelitian dan pengembangan untuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia juga mengulangi janjinya untuk merelokasi gedung Majelis Nasional ke kota Sejong.

“Jika seluruh parlemen pindah ke Chungcheong, itu juga berarti terjadi relokasi pusat negara. Hal ini akan menimbulkan efek tetesan ke bawah pada perekonomian dan dunia usaha ke wilayah lain di sekitarnya,” kata Han.

Sementara itu lawannya, yakni Pemimpin Partai Demokrat Lee Jae-myung berkampanye di daerah pemilihannya di Gyeyang di Incheon, sebelah barat Seoul. Kunjungan itu dilakukan sebelum ia ke tiga distrik konservatif di distrik Gangnam yang mewah di Seoul yang dianggap sebagai basis PPP.

Dia mendesak para pemilih untuk meminta pertanggungjawaban kepada pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol karena salah mengelola urusan negara dan menuduh Yoon menyalahgunakan kekuasaan kepresidenan untuk mengejar keuntungan pribadi. “Jika mereka tidak mendengarkan meskipun kita memegang tongkat, maka kita perlu mengambil kekuatan mereka,” ucapnya saat kampanye di distrik Gyeyang-B.

Adapun minat pemilih terhadap pemilu Korea tahun ini cukup tinggi seperti yang ditunjukkan oleh jumlah pemilih dalam pemungutan suara awal yang diadakan pada Jumat dan Sabtu. Sebanyak 13.849.043 dari 44.280.011 pemilih yang memenuhi syarat memberikan suara mereka menjelang pemungutan suara utama pada Rabu mendatang.

Ini menandai pertama kalinya jumlah pemilih yang berpartisipasi dalam pemilihan umum melebihi 30 persen sejak Korea Selatan memperkenalkan sistem tersebut pada 2014. Pada pemilihan parlemen sebelumnya pada tahun 2020, jumlah pemilih mencapai 26,69 persen.

Pemilihan umum empat tahunan ini memiliki arti penting karena hasilnya akan menentukan apakah partai berkuasa yang dipimpin Presiden Yoon Suk Yeol merebut kembali kendali parlemen atau membuat Yoon menjadi tim yang lemah selama sisa tiga tahun masa jabatannya.

sumber : Antara, Yonhap
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement