Oleh : Prof KH Asrorun Niam Sholeh Ketua MUI Bidang Fatwa
REPUBLIKA.CO.ID,
Khutbah Pertama
الله أكبر الله أكبر الله أكبر -- الله أكبر الله أكبر الله أكبر -- الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الحمد لله وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْـدَهُ لاَ شَـرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهْ. اَللَّهُمَّ صَّلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ابْنِ عَبْدِ اللهْ وَعَلَى الِهِ وَأَصْـحَابِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَة
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا اللهَ فَقْدْ فَازَ الْـمُتَّقُوْنَ. وَقَدْ قـَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي الْـقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: " وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ " (البقرة: 186) وقال النبي: "اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي)
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd
Hadirin, Jamaah Shalat 'Id –rahimakumullah-
Hari ini seluruh semesta bertakbir, mengagungkan asma Allah SWT, dan pada saat yang sama kita mengakui akan kecilnya kita di hadapan Sang Maha Pencipta, seberapa tinggi kekuasaan dan jabatan kita. Di hari yang fitri ini, umat Islam seluruh dunia menyambutnya dengan penuh suka cita. Gema takbir mengumandang di seluruh jagad. Jutaan suara manusia, desiran ombak, tiupan angin, gerakan tetumbuhan, binatang, semuanya mengumandangkan takbir memuji kebesaran-Nya.
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaknya kamu bertakbir mengagungkan nama Allah atas hidayah yang diberikan padamu dan semoga kamu bersyukur (al-Baqarah: 185)
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd
Hadirin, Jamaah Shalat 'Id –rahimakumullah-
Sebulan penuh kita telah melaksanakan aktivitas ibadah, mulai shiyam hingga qiyam di bulan Ramadhan. Setidaknya ada dua hal penting yang bisa dikontibusikan dari ibadah ramadhan dalam mengoptimalkan keberadaan kita sebagai abdullah dan khalifah, sebagai individu, pemimpin keluarga, dan bagian dari warga negara Indonesia; penempaan diri kita menuju insan muttaqin; sosok pribadi yang shalih, shalih untuk diri kita; dan pribadi yang mushlih, kehadiran kita untuk selalu melakukan perbaikan dan mendatangkan maslahat untuk sesama, dengan terus menyemai spirit kebersamaan, ukhuwwuh (persaudaraan) dan kepedulian sosial.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd
Hadirin, Jamaah Shalat 'Id –rahimakumullah-
Salah satu indikator utama ketaqwaan yang diharapkan dari setiap shaimin adalah semangat saling memaafkan, kerelaan hati untuk mengakui kesalahan untuk kemudian membuka diri untuk saling memberi dan menerima. Murah dan mudah untuk dilakukan tetapi tidak setiap kita siap dan bisa melakukannya.
Sikap saling memaafkan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ibadah puasa. Ibadah puasa mempunyai tujuan penciptaan pribadi yang taqwa, sementara sifat pemaaf mendekatkan pada ketaqwaan, sebagaimana firman-Nya:
وَاَنْ تَعْفُوْٓا اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۗ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ (البقرة: 237)
“Dan permaafan kamu itu lebih dekat pada taqwa, dan janganlah kau lupakan keutamaan antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas apa yang kamu lakukan”.
Dengan demikian, kesempurnaan fitrah yang kita harapkan ini adalah dengan saling memberikan maaf antar sesama, sebesar apapun dosa itu. Sekalipun bisa jadi orang yang bersalah kepada kita enggan untuk meminta maaf. Untuk itu, melalui momentum ‘Idul Fitri, kita buka pintu maaf seluas-luasnya, kepada siapapun, dengan tanpa syarat apapun.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd
Hadirin, Jamaah Shalat 'Id –rahimakumullah-
Tidak bisa dimungkiri, pemilihan umum yang baru saja kita lewatkan, baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden dan wakil presiden menimbulkan dampak terjadinya polarisasi karena afiliasi poltik dan pilihan yang berbeda. Bahkan, di beberapa lingkungan keluarga, kelompok, atau komunitas, polarisasi tersebut sangat tajam, hingga memutuskan tali silaturahim.
Idul Fitri adalah mementum keagamaan yang harus didayagunakan untuk merajut kebersamaan, dengan spirit saling memaafkan. Idul Fitri mengajarkan kita tentang pentingnya membangun persaudaraan, kebersamaan, dan saling menguatkan. Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara...”
Pemilu sebagai salah satu mekanisme permusyawaratan untuk menentukan pemimpin harus kita kembalikan kepada esensinya, yaitu memilih wakil rakyat dan memilih pemimpin untuk mengemban amanah kepemimpinan secara baik. Saat pelaksanaan pemilu terjadi kontestasi, dan tidak jarang terjadi perbedaan, perselisihan, gesekan hingga fragmentasi.
Namun, jika keputusan sudah diambil, dan hasil sudah diperoleh, maka kewajiban kita adalah memegang komitmen persaudaraan, menjaga dan berpegang pada hasil kesepakatan bersama, dengan disertai tawakkal dan memohon bimbingan-Nya, bukan dengan menentang, apalagi berbuat anarki. Firman Allah SWT dalam QS Ali Imran ayat 159:
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينََ
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.