REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI -- Allah SWT memerintahkan untuk mempererat hubungan silaturahmi setelah melaksankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Silaturahmi memiliki banyak keutamaan seperti mendatangkan keberkahan dalam rezeki, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan dapat masuk surga. Terdapat ayat yang menjelaskan pentingnya silaturahmi.
Seperti yang tertulis pada surat Al Anfal ayat 1, Allah SWT berfirman,
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَنْفَالِۗ قُلِ الْاَنْفَالُ لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖوَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗٓ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Arab Latin: Yas'alūnaka ‘anil-anfāl(i), qulil-anfālu lillāhi war-rasūl(i), fattaqullāha wa aṣliḥū żāta bainikum, wa aṭī‘ullāha wa rasūlahū in kuntum mu'minīn(a).
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya). Maka, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang mukmin.”
Menurut Tafsir Tahlili Kemenag, pada ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan agar umat Muslim memperbaiki hubungan sesama muslim, yaitu menjalin cinta kasih dan memperkokoh kesatuan pendapat. Hal inilah yang dapat mengikat mereka dalam kesatuan gerak dalam mencapai cita-cita bersama, yaitu mempertinggi kalimat Allah SWT. Persatuan dan kesatuan ini menjadi dasar kekuatan umat dalam segala bidang.
Itulah sebabnya, memperbaiki hubungan di antara sesama Muslim diwajibkan, agar umat Muslim menyadari akan pentingnya menghindari bahaya yang mengancam mereka, bahaya keretakan yang menggoyahkan kesatuan umat. Hal ini jelas tergambar pada saat terjadinya perselisihan yang terjadi di antara kelompok-kelompok karena yang satu merasa lebih berjasa dari kelompok yang lain. Demikian pula hal ini terjadi karena mereka melupakan tugas mereka yang penting, yaitu bahwa tugas mempertahankan kebenaran itu adalah tugas bersama.
Di dalam ayat ini terdapat beberapa unsur penting yang dapat memelihara kesatuan umat yaitu takwa, memperbaiki hubungan sesama muslim, dan menaati Allah SWT dan Rasulnya di dalam setiap keadaan. (mgrol150)
Asal Usul Hari Raya Idul Fitri, Berikut Kisahnya
Setelah melaksanakan serangkaian ibadah selama bulan suci Ramadhan, seluruh umat muslim akan menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Terdapat sejarah terjadinya hari raya Idul Fitri.
Sejarah berlangsungnya hari raya Idul Fitri bermula dari 2 peristiwa, di antaranya adalah terjadinya perang badar dan hari raya masyarakat pada masa jahiliyah.
Pertama, Pada tahun 2 Hijriyah merupakan awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri. Pada saat itu, juga bertepatan dengan kemenangan umat muslim pada perang badar. Dari kemenangan tersebut menjadi awal mula perayaan Idul Fitri, karena pada saat yang bersamaan umat muslim juga merayakan kemenangan perjuangan yang telah dilakukan sebagai bentuk kejayaan Islam.
Maka, atas kemenangan yang diraih, umat muslim secara tidak langsung mereka mendapatkan 2 kemenangan, yaitu kemenangan telah dapat berpuasa selama satu bulan penuh selama Ramadhan dan kemenangan yang telah diraih dari peranag badar.
Kedua, sebelum Islam muncul, bangsa Arab memiliki 2 perayaan hari raya yang dirayakan. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa asal usul hari raya tidak dapat lepas dari budaya masyarakat pada masa jahiliyah. Kemudian, Nabi Muhammad SAW mengganti perayaan hari raya tersebut menjadi lebih baik dan juga mengganti hari yang lebih baik juga, yang biasa disebut dengan Idul Fitri dan Idul adha. Seperti yang tertulis pada Hadits Riwayat Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW bersabda,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى Artinya, “Dari Anas bin Malik,
Artinya : “Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.”