Kamis 11 Apr 2024 06:13 WIB

Cerita Pejuang Mudik, Harus Servis Motor Mogok Berkali-kali demi Obati Rindu ke Ayah

Baru sekitar empat jam pertama dalam perjalanannya, Rizal harus melipir ke bengkel

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Rizal Sutikno (20), salah satu pemudik asal Purworejo, Jawa Tengah, saat di Pos Mudik Cirebon Dompet Dhuafa.
Foto: Dok Dompet Dhuafa
Rizal Sutikno (20), salah satu pemudik asal Purworejo, Jawa Tengah, saat di Pos Mudik Cirebon Dompet Dhuafa.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pos Mudik Cirebon Dompet Dhuafa terlihat ramai. Ada yang baru datang  dengan kendaraan mereka, ada pula yang pergi. Mereka merupakan pemudik, para pejuang pulang, yang melakukan perjalanan dari tanah rantau untuk berlebaran di kampung halaman.

Salah satunya adalah Rizal Sutikno (20), salah satu pemudik asal Purworejo, Jawa Tengah. Sejak setahun terakhir, dia merantau dan bekerja di Tangerang. Pada Idul Fitri ini, dia bermaksud untuk pulang. ‘’Yang saya kangenin itu ngobrol sama Bapak,’’ ujar Rizal. 

Baca Juga

Bermodal tekad dan nekat, anak ketiga dari enam bersaudara tersebut melakukan perjalanan panjang menuju pulang. Berangkat sendiri dari Tangerang menuju kampung halaman tercintanya di Purworejo, dia memacu sepeda motornya sejak Ahad (7/4/2024) dini hari.

Rizal berkisah, baru sekitar empat jam pertama dalam perjalanannya, dia harus melipir ke bengkel karena ada  kerusakan pada partisi kelistrikan sepeda motornya. Setelah diperiksa oleh montir, dia ternyata harus membeli dan mengganti beberapa partisi tersebut agar sepeda motornya kembali hidup.

Setelah teratasi dan kembali melanjutkan perjalanan, sekitar 100 kilometer kemudian sepeda motornya kembali bermasalah. Rizal pun menuntun sepeda motornya beberapa kilometer meski di tengah sengatan matahari yang tepat berada di atas kepala.

Kali ini, dia melipir ke Pos Mudik Cirebon Dompet Dhuafa. Di pos mudik itu memang disediakan layanan service motor gratis.

"Oli, kiprok dan sepulnya kena (masalah) karena panas, sekarang merembet ke accu, harus ganti lagi. Padahal seminggu lalu saya sempat service. Niat hemat mudik pakai motor tapi kendalanya ada saja. Ya, dinikmati saja,’’ keluh Rizal.

Rizal pun tampak mengamati relawan montir yang sedang mengutak-atik sepeda motornya. Relawan montir itu sebelumnya menempa ilmunya di sekolah vokasi Institut Kemandirian (IK).

‘’Baru setahun saya merantau di Tangerang, Alhamdulillah dapat kerja di pabrik busa kasur. Tahun lalu saya mudik naik bus, jadi sekarang perdana saya coba mudik pakai motor biar lebih hemat. Motor jadul ini, saya beli second hasil kerja,’’ kata Rizal.

Rizal mengatakan, orang tuanya merupakan buruh tani di Purworejo. Karena itu, mereka sangat senang karena dirinya mendapat kerja.

"Karena sekarang saya rantau, akan lebih senang kalau kita kumpul, makanya saya pulang. Bapak juga sudah sakit sepuh sekarang, jadi saya bantu biayai tiga adik-adik saya yang masih sekolah. Makanya saya ingin hemat mudik pakai motor saja,’’ katanya.

Rizal mengaku memiliki dua kakak perempuan. Kedua kakaknya itulah yang dulu membantu membiayainya sekolah.

Rizal masih mengingat betul ajaran bapaknya untuk bekerja keras menggapai impian. Namun, harus tetap menerapkan kesopanan dan tanggung jawab. 

"Bapak juga pernah bilang, tinto ne isih ning pogo (tintanya masih di atas). Ibarat kita posisi di bawah, punya pulpen, tapi tintanya masih di atas. Jadi belum bisa nulis dan belum ada kertasnya juga, kita raih tintanya itu," kata Rizal.

Rizal pun merasa lega dan bersyukur saat relawan montir telah selesai memperbaiki sepeda motornya. Apalagi, layanan service motor di Pos Mudik Cirebon Dompet Dhuafa itu tidak dipungut biaya alias gratis.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement