REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di belakang tangan perkasa para tentara Islam yang menegakkan panji agama di tengah peperangan, tampil tangan-tangan lembut yang memberikan sentuhan berarti bagi para pejuang itu.
Kehadiran mereka bukan hanya memberikan dukungan moril, tetapi juga mereka terlibat langsung dalam membantu perjuangan para mujahid. Salah satunya ialah Hamnah binti Jahsy. Dengan keberaniannya, perempuan tersebut berada di barisan belakang saat Perang Uhud. Tugasnya antara lain untuk memberi minum dan mengobati tentara Muslimin yang terluka.
Kesaksian datang dari berbagai pihak soal keterlibatannya dalam peperangan. Adalah Mu’awiyah bin Ubaidillah bin Abi Ahmad, ia pernah mengatakan, “Saya melihat dengan kedua mata saya, Hamnah binti Jahsy memberi minum kepada orang-orang yang kehausan dan mengobati orang-orang yang terluka.”
Perempuan mulia itu berasal dari golongan Bani Asad bin Khuzaimah. Ia bersaudara dengan Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah SAW. Hamnah juga memiliki hubungan saudara dengan Ummu Habibah, istri Abdurrahman bin ‘Auf, salah seorang sahabat yang tergolong assabiqunal awwalun, sahabat Nabi Muhammad yang pertama kali masuk Islam.
Dengan Rasulullah SAW, Hamnah memiliki ikatan saudara, yakni sepupu. Ibunda Hamnah, Umaimah binti Abdul Muthathalib, adalah bibi dari Nabi Muhammad SAW.
Kedekatan ini pula yang menyebabkan Hamnah termasuk satu di antara perempuan-perempuan yang berbaiat kepada Rasulullah SAW. Hamnah dipersunting seorang pemuda pemberani, cerdas, dan berbudi luhur, namanya Mush’ab bin ‘Umair. Buah pernikahan mereka dikarunia seorang anak perempuan.
Suami Hamnah mengemban tugas mulia. Pemuda yang tergolong sahabat Nabi SAW nan harum namanya itu didaulat sebagai duta Islam pertama ke Yatsrib (Madinah). Ia merupakan tokoh di balik hijrahnya Rasulullah SAW bersama para sahabat.
Ikut berjihad
Setahun lebih seminggu sejak kemenangan Perang Badar, umat Muslim bersiap angkat senjata menghadapi kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Peperangan kali ini berlangsung di Bukit Uhud, sekitar empat mil dari Masjid Nabawi Madinah. Tepatnya, 7 Syawal tahun ketiga Hijriah.
Di antara kaum Muslimin yang maju ke peperangan di Bukit Uhud, tampil sepasang suami istri. Mereka adalah pasangan Mush’ab bin Umair dan istrinya, Hamnah binti Jahsy.
Mereka memiliki tugas berbeda, namun tujuan sama, yaitu menegakkan panji Islam. Mush’ab bin Umair mengangkat senjata, sedangkan Hamnah bersama 13 perempuan lainnya bertugas di belakang pasukan Islam. Tugas mereka tidak kalah penting, yakni memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, lalu mengobati luka tersebut.
Selain Hamnah, dari 14 perempuan tersebut di antaranya ialah putri Rasulullah SAW, Fatimah, istri Ali bin Abi Thalib.
Iring-iringan pasukan kaum Muslimin dipimpin Rasulullah SAW menuju Bukit Uhud. Tampak pula saudara lakilaki Hamnah, Abdullah binti Jahsy, dan pamannya, Hamzah bin ‘Abdul Muth thalib. Ketika perang mulai berkecamuk, korban luka pun mulai berjatuhan dari kedua belah pihak. Hamnah binti Jahsy bersama relawan perempuan sibuk melakukan tugasnya.