Jumat 12 Apr 2024 15:31 WIB

Iran Hadapi Dilema dalam Merespons Serangan Israel di Suriah

AS meminta Iran menahan diri dan membuka ruang diplomasi dengan Israel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Serangan rudal menghancurkan gedung diplomatik Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus, 1 April 2024. Menurut kantor berita Suriah, SANA, Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan gedung Konsulat Jenderal Iran di Damaskus.
Foto: EPA-EFE/YOUSSEF DAFAWWI
Serangan rudal menghancurkan gedung diplomatik Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus, 1 April 2024. Menurut kantor berita Suriah, SANA, Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan gedung Konsulat Jenderal Iran di Damaskus.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyampaikan beberapa tuntutan sebelum merespons serangan Israel ke kantor konsulatnya di Suriah. Pengamat mengatakan tuntutan-tuntutan keras Teheran merupakan ciri khas Iran dalam negosiasi.

Sumber mengatakan Iran sudah mengirim sinyal ke Amerika Serikat (AS) akan merespons serangan Israel ke kantor konsulat Iran di Suriah dalam cara yang bertujuan menghindari eskalasi lebih besar dan tidak dilakukan dengan tergesa-gesa. Salah satu tuntutan Teheran adalah gencatan senjata di Gaza.

Baca Juga

Pada Jumat (12/4/2024) sumber mengatakan pesan Iran ke Washington disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian selama kunjungannya ke Oman pada Ahad (7/4/2024). Negara Arab itu kerap bertindak sebagai penengah antara Teheran dan Washington.

Menurut pengamat kontak-kontak itu menunjukkan kepentingan Iran untuk tidak meningkatkan eskalasi. Pengamat dari Eurasia group Gregory Brew mengatakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei "terjebak dalam teka-teki strategis."

"Iran harus merespons untuk memulihkan ketahanannya dan menjaga kredibilitas pada sekutu-sekutu Front Perlawanan. Tapi di sisi lain, menggelar pembalasan untuk memulihkan ketahanan akan membawa respon Israel yang lebih besar dan destruktif, tampaknya dengan bantuan AS," kata Brew, Jumat (12/4/2024).

Sumber mengatakan AS meminta Iran untuk menahan diri dan membuka ruang diplomasi. Washington dilaporkan memperingatkan Teheran mereka akan mendukung Israel bila Iran menggelar serangan langsung.

Sumber Iran mengatakan Iran yakin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin menyeret Iran dalam perangnya di Gaza. Oleh karena itu serangan balasan Iran akan terkendali dengan menghindari serangan langsung ke wilayah Israel dan mungkin menggunakan sekutu-sekutu Iran.

Sumber mengatakan utusan khusus AS untuk Timur Tengah meminta menteri-menteri luar negeri Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar dan Iran mengirim pesan ke Iran untuk meredakan ketegangan dengan Israel.

Sumber yang mengetahui isu ini mengatakan AS juga mungkin sepakat untuk menghidupkan kembali perundingan program nuklir yang mengalami kebuntuan selama dua tahun untuk mencegah konflik lebih besar.

"Jika kita berbicara tentang perundingan dan bukan (tentang) mencapai kesepakatan, maka tampaknya akan sepadan dengan harga yang harus dibayar jika imbalannya adalah meminimalkan risiko eskalasi regional di mana AS akan terseret," kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Pengamat dari International Crisis Group Ali Vaez  mengatakan Iran menghadapi dilema antara "mencari cara untuk membalas dengan cara yang menyelamatkan muka tanpa kehilangan akal sehatnya".

"Israel jauh lebih tidak dapat diprediksi daripada AS," katanya.

"Pemimpin Tertinggi Iran jelas khawatir alih-alih memberikan efek jera yang mungkin ingin ia capai, serangan terhadap Israel mungkin hanya akan memicu eskalasi balasan yang mungkin ingin ia hindari," tambah Vaez.

sumber : Reuters 
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement