REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam ranah fikih, bahkan detail terkecil dalam sholat memiliki arti penting, mengenai posisi tangan yang dianjurkan selama sholat, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah dari berbagai hadis yang sahih.
Hal ini bertujuan untuk menjelaskan sikap mengenai apakah tangan harus ditempatkan di dada atau dibiarkan tergantung di samping saat dalam keadaan setelah takbir dalam sholat.
Thawus bin Kaysan meriwayatkan:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يضعُ يَدَهُ اليُمْنَى عَلى يَدِهِ اليُسْرَى ثم
يَشُدُّ بينهما على صدره وهو في الصلاة
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, dia menempelkannya erat-erat di dadanya ketika dia sedang sholat.
Hadis yang diriwayatkan oleh Thawus bin Kaysan memberikan deskripsi jelas tentang praktik Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam selama sholat. Beliau menggambarkan Nabi meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dan menempelkannya erat-erat di dadanya saat sedang sholat.
Narasi ini menekankan pentingnya tindakan Nabi sebagai contoh bagi umat Islam untuk mencontoh dalam ibadah mereka.
Kedua, diriwayatkan oleh Wa'il bin Hujr:
صلَّيتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فوضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره
Aku sholat bersama Nabi dan dia meletakkan tangan kanannya di tangan kirinya (lalu meletakkannya) di dadanya.
Demikian pula, narasi oleh Wa'il bin Hujr mencerminkan pengamatan praktik Nabi selama sholat, yang lebih memperkuat tradisi meletakkan tangan di dada sebagai posisi yang dianjurkan selama sholat.
Ketiga, Hulb at-Tā'ī, ayah Qabīsah meriwayatkan:
رأيتُ رسولَ اللهِ صلَّى الله عليه وسلم ينصرفُ عن يمينه وعن يساره ورأيته يضع هذه على صدره
Saya melihat Rasulullah menoleh ke kanan dan ke kiri (setelah shalat) dan saya melihat beliau meletakkan (tangan) ini di dadanya (yaitu saat Sholat).
Selanjutnya, kisah yang diberikan oleh Hulb at-Tā'ī, sebagaimana diriwayatkan oleh putranya Qabīsah, menambahkan lapisan keaslian lainnya terhadap praktik meletakkan tangan di dada selama sholat. Dia mengingat melihat Nabi memalingkan kepalanya ke kanan dan kiri setelah sholat dan meletakkan tangan di dadanya, memperkuat hadis yang sudah ada.
Keempat, Syekh al-Albani berkata:
وضعهما على الصدر هو الذي ثبت في السنة
وخلافه إما ضعيف أو لا أصل له
Menempatkannya (tangan) di dada (saat Sholat) adalah apa yang ditetapkan dalam sunnah dan melakukan sebaliknya adalah lemah atau tidak ada dasar.
Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin juga berkata:
وذهب آخرون من أهل العلم إلى أنه يضعهما على الصدر،
وهذا هو أقرب الأقوال
Para ulama yang lain berpendapat bahwa beliau meletakkan kedua tangan tersebut di dada (saat sholat) dan ini adalah pernyataan yang lebih mungkin (yakni pandangan yang paling benar).
Wacana mengenai posisi tangan yang dianjurkan selama sholat lebih dalam lagi dalam interpretasi dan aplikasi tradisi kenabian. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya mematuhi sunnah dalam hal ibadah dan menekankan pentingnya mengikuti contoh Nabi dalam semua aspek kehidupan.
Sebagai kesimpulan, wacana mengenai posisi tangan yang dianjurkan selama sholat menyoroti perhatian terperinci dalam fiqih Islam dan pentingnya mengikuti sunnah seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Dengan mematuhi tradisi yang sudah mapan dan interpretasi ilmiah, umat Islam berusaha untuk memenuhi kewajiban keagamaan mereka dengan penuh penghormatan dan ketulusan, mencari petunjuk dari ajaran Nabi dalam semua aspek ibadah dan kehidupan sehari-hari.