Kamis 18 Apr 2024 11:11 WIB

Gaikindo Yakin Industri Manufaktur Siapkan Antisipasi Dampak Konflik Timur Tengah

Gaikindo yakin APM sudah menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menyelesaikan perakitan komponen mobil di pabrik di Karawang, Jawa Barat, Senin (7/8/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja menyelesaikan perakitan komponen mobil di pabrik di Karawang, Jawa Barat, Senin (7/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto optimistis perusahaan agen pemegang merk (APM) telah menyiapkan antisipasi dalam menghadapi dampak peningkatan konflik geopolitik di Timur Tengah ke industri manufaktur Indonesia. 

Kepada Republika, Kamis (18/4/2024), Jongkie menilai para APM sudah mempersiapkan dan antisipasi kondisi ini, termasuk untuk langkah-langkah menekan dampak tersebut. Namun demikian, ia enggan membeberkan langkah tersebut.

Baca Juga

"Harus ditanyakan ke para APM, karena Gaikindo tidak mendapat infonya. Tentunya para APM sudah antisipasi dan akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan," ujarnya.

Serangan drone Iran ke Israel pada akhir pekan kemarin diprediksi bakal berdampak ke ekonomi Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, serangan tersebut bisa menciptakan dampak ekonomi secara instan bagi Indonesia, khususnya dalam bentuk risiko capital flight (pelarian modal) dari pasar saham.

"Konflik ini seperti yang sudah terjadi di negara lain pada prinsipnya sedang tertahan untuk Indonesia karena kita masih libur atau tidak produktif beroperasi. Kami mengsinyalir dampak-dampak tersebut baru akan terasa besok, khususnya dalam bentuk risiko capital flight dari pasar saham," ujar Shinta kepada Republika, Senin (15/4/2024).

Shinta menambahkan, serangan juga memiliki dampak negatif ke industri manufaktur Indonesia, yang terasa secara riil dalam 2-6 pekan mendatang ketika industri-industri mulai melakukan penyediaan (restock) bahan baku atau bahan penolong impor usai periode produksi Ramadhan-Idul fitri.

Menurutnya, kondisi ini akan mengkhawatirkan apabila selama periode ini nilai tukar terus melemah atau beban komponen produksi penting lain memgalami kenaikan harga khususnya untuk harga BBM dan energi (volatile). Selain itu, dari biaya logistik rantai pasok terganggu karena ekskalasi konflik geopolitik yang membuat pelaku usaha akan membatasi produksi atau terpaksa menciptakan kenaikan harga pasar.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement