Kamis 18 Apr 2024 18:00 WIB

Pengamat: Pertemuan Prabowo-Megawati tak Jamin Hubungan Jokowi-Megawati Membaik

Ujang meyakini keterakan hubungan Jokowi-Megawati tak berpengaruh pada Prabowo-Gibran

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus raharjo
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (kiri) bersalaman dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) saat menghadiri Upacara HUT Ke-76 Bhayangkara yang dipusatkan di Kampus Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (5/7/2022). Upacara tersebut melibatkan 1.996 perseonel yang terdiri atas unsur Polri, TNI, dan eksponen masyarakat dengan mengusung tema Polri yang Presisi Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural untuk Mewujudkan Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (kiri) bersalaman dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) saat menghadiri Upacara HUT Ke-76 Bhayangkara yang dipusatkan di Kampus Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (5/7/2022). Upacara tersebut melibatkan 1.996 perseonel yang terdiri atas unsur Polri, TNI, dan eksponen masyarakat dengan mengusung tema Polri yang Presisi Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural untuk Mewujudkan Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR, Ujang Komarudin, mengatakan seandainya Presiden terpilih Prabowo Subianto berhasil menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, tidak akan menjadi jaminan hubungan Mega dengan Presiden Joko Widodo membaik. Menurut Ujang, urusan antara Prabowo-Megawati dengan urusan Jokowi-Megawati merupakan dua hal yang berbeda.

Sehingga tidak dapat diselesaikan dengan 'sekali jalan'. "Urusan Megawati dengan Jokowi itu lain lagi persoalan," kata Ujang, Kamis (18/4/2024).

Baca Juga

Ujang melihat upaya mempertemukan Prabowo dengan Megawati akan terus dilakukan. Menurutnya, Prabowo dan orang-orang dekatnya ingin merangkul PDIP agar bersama-sama memperkuat pemerintahan. Ujang meyakini ada juga sebagian keinginan dari internal PDIP untuk tetap menjadi bagian dari pemerintahan. 

Ujang memprediksi pertemuan keduanya digelar usai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 pada 22 April mendatang. Ujang mengatakan pertemuan Prabowo dan Megawati menurutnya hanya soal waktu.

Sementara itu, ia menyebut hubungan Jokowi dan Megawati memang sedang tidak baik. Dia meyakini eksistensi Jokowi di kubu Prabowo bukan penghalang bagi keduanya bertemu. Itu karena hubungan Prabowo dengan Megawati cukup baik terlepas dari tiga helatan pemilu terakhir, Gerindra dan PDIP tidak pernah berkoalisi.

Terakhir kali koalisi PDIP dan Gerindra terjadi 2009 lalu saat Megawati menggandeng Prabowo menjadi cawapresnya. "Lalu pada 2014 dan 2019, Prabowo bertarung dengan Jokowi yang diusung PDI Perjuangan, hubungan Megawati dan Prabowo tetap baik," ujar Ujang.

Atas dasar itu, Ujang meyakini keretakan hubungan Jokowi dan Megawati tidak akan berpengaruh pada pemerintahan Prabowo-Gibran. Baik Megawati dan Prabowo dinilai memiliki sikap negarawan yang bisa saling menghargai dan menghormati.

"Sejauh ini ada upaya Prabowo mengajak PDI Perjuangan masuk dalam pemerintahan, soal mau bergabung atau tidak urusan lain. Keduanya juga punya sikap saling menghargai dan menghormati," kata Ujang menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement