REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, mata uang dolar Amerika Serikat (AS) sangat kuat saat ini. Kondisi itu membuat kurs sejumlah negara melemah termasuk rupiah.
Meski begitu, menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah masih lebih baik dibandingkan beberapa mata uang negara lain. "Jadi dibandingkan peer country, kita lebih aman," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Ia menyebutkan, pelemahan kurs rupiah tidak sedalam mata uang baht Thailand dan ringgit Malaysia. Dijelaskan, lemahnya rupiah disebabkan oleh situasi global yang memburuk.
Data terbaru menunjukkan, inflasi di Amerika Serikat (AS) belum kembali sesuai target bank sentral di kisaran dua persen. Maka ada keraguan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed).
Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah pun turut memengaruhi. Kondisi tersebut dinilai membuat investor menahan diri atau memilih instrumen investasi yang lebih aman.
Perlu diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di akhir perdagangan Kamis (18/4/2024) menguat dipengaruhi sentimen penundaan pemotongan suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Kurs rupiah ditutup meningkat 41 poin atau 0,25 persen menjadi Rp 16.179 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.220 per dolar AS.