REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah sopir bus bernama Satir Tajuddin membuat haru warganet di media sosial. Beredar kabar di medsos bahwa Satir mendapat donasi mencapai Rp 100 juta.
Semua bermula dari Satir yang membawa seluruh penumpangnya makan di rumah mertua ketika Lebaran Idul Fitri 1445 H. Hal itu dilakukan karena semua warung nasi tutup ketika Lebaran. Video Satir mengajak penumpangnya makan itu direkam oleh salah satu penumpangnya yang turut mengucapkan terima kasih dan viral di medsos.
Dalam Islam, ada yang dinamakan hikmah dan pahala berbuat kebaikan. Namun apakah balasan kebaikan dari Allah SWT selalu dalam bentuk uang?
Dai Jabodetabek, Ustaz Irfan Helmi yang juga Pengurus MUI DKI Jakarta, mengatakan hal yang dilakukan sang sopir merupakan sebuah pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Perbuatan tersebut juga sesuai sabda Nabi SAW yang bebunyi "Wallahufilabdi fiyauminakhu Allah akan senantiasa menolonh hamba-Nya sepanjang hamba-Nya suka menolong saudaranya".
Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda:
وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”.
(HR Muslim: 2699).
Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy hafizhohullah, “Pemberian pertolongan seorang hamba terhadap saudaranya itu dapat menyebabkan pertolongan Allah kepada hamba tersebut”.
"Jadi dalam hal ini kita berbaik sangka Pak Sopir ini tanpa pamrih, ikhlas karena Allah ingin membantu penumpang bisnya. Sehingga Allah pun membantu dia dengan perantara orang-orang yang mendonasikan hartanya kepadanya," kata Ustaz Irfan, Jumat (19/4/2024).
Sebagaimana juga Allah SWT pernah berfirman dalam Alquran Surat ar-Rahman ayat 60, yang berbunyi "Hal jazâ'ul-iḫsâni illal-iḫsân". Artinya, "Tidak ada balasan untuk amal kebaikan selain anugerah Ilahi yang berupa kebaikan pula".
Rupanya kebaikan supir tadi dibalas Allah dengan adanya inisiatif donasi dari para warganet. Itulah hikmah dari kebaikan yang dilakukan pengemudi bus tersebut.
Ada pula dalil terkait suatu kebaikan yang akan dilipatgandakan 10 kali lipat sampai 700 kali lipat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَقُولُ اللَّهُ إِذَا أَرَادَ عَبْدِى أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا وَإِنْتَرَكَهَا مِنْ أَجْلِى فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ »
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman "Jika hamba-Ku bertekad melakukan kejelekan, janganlah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan kejelekan tersebut, maka catatlah satu kejelekan yang semisal. Jika ia meninggalkan kejelekan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat.” (HR Bukhari 7062 dan Muslim 129).
Balasan perbuatan kebaikan dari Allah tidak melulu secara harfiah diartikan dalam bentuk rezeki seperti uang. Balasan dari Allah bisa datang dalam beragam bentuk.
"Kebaikan di situ memiliki makna yang luas, (bentuknya) apa saja terserah Allah tapi dengan syarat perilaku orang berbuat baik itu melakukan kebaikan dengan ikhlas dan hanya Allah yang tahu tentang ikhlas," kata Ustaz Irfan menambahkan.