Rabu 24 Apr 2024 07:44 WIB

Sinergi dalam Harmoni yang Fitri

Pencapaian tahapan yang direncanakan tak bisa mengabaikan norma dan etika akademik.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Halal Bihalal atau Syawalan masih menjadi acara yang banyak menghiasi kegiatan dalam dua pekan ini di berbagai tempat. Setelah pekan lalu, acara Syawalan diadakan oleh Universitas Amikom Yogyakarta pada hari Sabtu (20/4/2024) dan pada hari Ahad (21/4/2024) IndoCEISS juga menggelar acara yang sama. Demikian pula yang direncanakan pekan ini, pada hari Sabtu (27/4/2024) dan pada hari Ahad (28/4/2024), dua acara Syawalan dari Aptikom Wilayah Yogyakarta dan Kelompok Pengajian Haji tahun 2019.

Tidak dimungkiri bahwa sudah menjadi tradisi di Indonesia untuk melaksanakan pertemuan saling silaturahmi pasca-bulan Ramadhan. Selain saling bermaaf-maafan tentu pertemuan yang dibalut dengan acara Syawalan tersebut juga banyak memiliki manfaat lain, yakni adanya berbagai pengetahuan, baik yang disampaikan oleh pembicara maupun dari sesama peserta acara. 

Acara Syawalan yang dilaksanakan oleh IndoCEISS pekan lalu diisi tausiyah oleh Ustaz Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag sesuai dengan tema yang diusung oleh IndoCEISS yakni 'Aktualisasi Semangat Idul Fitri untuk Membangun Sinergi dan Harmoni Demi Kebaikan Negeri'. Halal Bihalal sendiri bisa dikatakan sebagai sebuah acara yang memiliki semangat sinergi dan harmoni. Acara yang dilaksanakan oleh banyak pihak dengan berbagai perbedaan latar belakang namun berusaha untuk bersinergi dalam harmoni untuk mencapai tujuan yang sama. Harapan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan tentu akan lebih mudah diraih dengan adanya sinergi dan harmoni.

Sebagai civitas academica, kebutuhan adanya sinergi dan harmoni juga sangat diperlukan khususnya dalam mencapai visi dan misi yang telah ditargetkan. Hal ini seperti yang tergambar dalam kegiatan Akreditasi Program Studi S1 Akuntansi Universitas Amikom Yogyakarta pekan lalu.

Target menjadi Program Studi S1 Akuntansi yang unggul di Asia Tenggara pada tahun 2030 tentu membutuhkan banyak tahapan dan rencana yang harus sudah tersusun. Beberapa kegiatan tingkat Asia Tenggara yang telah dilaksanakan sampai dengan tahun 2024 ini tentu harus terus ditingkatkan. Sinergi dari seluruh pemangku kepentingan di program studi sampai dengan universitas harus terus dijaga ritme dan nadanya agar menjadi sebuah harmoni untuk mencapai visi dan misi. Tentu banyak metrik yang harus dipenuhi dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. 

Pencapaian atas target yang ditetapkan dalam metrik-metrik tertentu tersebut harus dilakukan dengan tahapan dan mekanisme yang sudah tersusun. Di dalam proses akreditasi, metrik yang berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan salah satu yang menjadi perhatian utama.

Pelaksanaan dan pencapaian berbagai metrik dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut niscaya harus dilakukan sesuai dengan aturan, ketentuan, dan tentu integritas serta etika akademik yang menjadi batasan. Pengabaian atas berbagai batasan yang ada dapat berimplikasi negatif yang akan berimbas, baik pada diri masing-masing civitas academica maupun seluruh institusi yang menaunginya. Hal ini seperti kasus yang menimpa salah satu dekan di sebuah universitas swasta yang ramai diberitakan pekan lalu. 

Dengan alasan pencapaian metrik akreditasi tidak dimungkiri dapat dilakukan dengan cara yang menerabas aturan atau mengabaikan integritas serta etika akademik. Sebuah kasus baru yang serupa juga muncul beberapa hari ini, sebuah pelanggaran etika akademik dalam penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk pembuatan artikel ilmiah. Kali ini beberapa dosen dari institut swasta diduga melakukan plagiasi dengan menggunakan bantuan teknologi AI. Tampak bahwa untuk pencapaian setiap tahapan yang direncanakan tentu tidak bisa mengabaikan adanya berbagai norma dan etika akademik yang harus dijaga.

Dengan demikian, memperhatikan dan melihat tanda yang ada pada setiap langkah menjadi penting untuk dilakukan secara bersama-sama. Seperti halnya yang disampaikan oleh Ustaz Fahruddin Faiz bahwa terdapat tanda-tanda untuk melihat keberhasilan suatu sinergi, paling tidak terdapat lima kata dengan awalan T dalam bahasa Arab sebagai tanda, yakni Ta'aruf, Tafahum, Tasamuh, Ta'awun, dan Tawassuth. Kelima kata tersebut dapat dilihat sebagai sebuah tahapan dan peningkatan yang berakhir pada kemampuan untuk bisa saling menasehati.

Sebuah ayat dari Surat Al-Maidah semoga bisa membimbing kita dalam sinergi dan harmoni, "Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."  Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement