Selasa 30 Apr 2024 14:22 WIB

Kebaikan tidak Berarti tanpa Disertai Delapan Hal Ini

Tidak ada kebaikan dalam sholat tanpa kekhusyuan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Tidak ada kebaikan dalam sholat tanpa kekhusyuan. Foto:   Ilustrasi ibadah di rumah.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Tidak ada kebaikan dalam sholat tanpa kekhusyuan. Foto: Ilustrasi ibadah di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam kitab Nashaihul Ibad meriwayatkan perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu yang menyampaikan bahwa kebaikan tidak berarti tanpa disertai delapan hal.

وعن على رضى الله عنه لا خير في صلاة لا خشوع فيها ولا خير في صوم لا امتناع فيه عن اللغو ولا خير في القراءة لا تدبرفيها ولا خير في علم لاورع فيه ولاخير في مال لاسخاوة فيه ولا خير في اخوة لاحفظ فيها ولا خير في نعمة لابقاء فيها ولاخير في دعاء لا اخلاص فيه

Baca Juga

Diriwayatkan dari Sayyidina Ali Karramallaahu wajhah Radhyalahu anhu. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, "Tidak ada kebaikan dalam sholat tanpa kekhusyuan. Tidak ada kebaikan dalam berpuasa tanpa menahan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya. Tidak ada kebaikan dalam membaca Alquran tanpa disertai menghayati kandungannya. Tidak ada kebaikan dalam ilmu tanpa wira'i. Tidak ada kebaikan dalam harta benda yang tidak disertai kedermawanan. Tidak ada kebaikan dalam persahabatan yang tidak diikuti saling menjaga (dari kejelekan). Tidak ada kebaikan dalam kenikmatan yang tidak abadi. Tidak ada kebaikan dalam doa yang tidak dipanjatkan dengan ikhlas."

Mengenai wira'i dalam berilmu adalah menjaga diri dari perkara yang syubhat dan yang haram. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya sebagai berikut,

مَنْ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبْهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ

"Barangsiapa yang menjauhi syubhat, maka berarti ia telah membersihkan diri bagi agama dan harga dirinya. Barangsiapa yang terjerumus pada yang syubhat, maka ia akan terjerumus pula kepada yang haram."

مَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ عَطِيَّةٍ بِصَدَقَةٍ أَوْصِلَةٍ إِلَّا زَادَهُ اللهُ بِمَا كَثَرَهُ وَمَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ مَسْئَلَةٍ يُرِيدُ بِهَا كَثْرَةً إِلَّا زَادَهُ اللهُ بِمَا قِلَّةٌ

"Tidak ada seorangpun yang membuka pintu pemberian, baik sedekah maupun relasi, melainkan Allah akan menambahnya lebih banyak lagi. Tidak ada seorangpun yang membuka pintu permintaan agar ia memperoleh lebih banyak lagi, melainkan Allah akan memperbesar kekurangannya."

عَلَيْكُمْ بِإِخْوَانِ الصَّفَا فَإِنَّهُمْ زِيْنَةٌ فِي الرَّحَاءِ وَعِصْمَةٌ فِي الْبَلَاءِ

"Hendaklah kamu bersahabat dengan kawan yang tulus hatinya, karena mereka menjadi hiasan di kala bahagia dan menjadi perisai di saat bencana."

الْمَرْءُ كَثِيرٌ بِأَخِيْهِ وَلَا خَيْرَ فِي صُحْبَةِ مَنْ لَا يَرَى لَكَ مِنَ الْحَقِّ مِثْلَ مَا تَرَى لَهُ

"Seseorang itu banyak temannya, akan tetapi tidak ada kebaikan bersahabat dengan orang yang tidak melihat kebenaran yang ada padamu, seperti engkau melihat kebenaran yang ada padanya."

إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللهَ فَاسْأَلُوْهُ وَأَنْتُمْ وَاثِقُوْنَ بِالإِجَابَةِ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءَ مَنْ دَعَا مِنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ

"Sesungguhnya hati ini adalah wadah, maka sebaik-baik wadah adalah yang dapat menghimpun. Jika kamu sekalian memohon kepada Allah, maka memohonlah kepada-Nya dengan penuh keyakinan bahwa akan dikabulkan, karena Allah tiada berkenan mengabulkan doa dari orang yang memanjatkannya dengan hati yang lalai."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement