Kamis 02 May 2024 06:14 WIB

Jimly: Anggapan Pilpres 2024 Terburuk Itu Biasa

Jimly mengatakan, pihak kalah pasti akan memberi label terburuk.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang juga pakar hukum tata negara, Jimly Asshiddiqie menganggap biasa anggapan bahwa Pilpres 2024 adalah pemilihan terburuk dalam sejarah Indonesia. Menurutnya, anggapan "terburuk" itu memang selalu muncul dari pihak yang kalah dalam setiap gelaran pilpres atau pemilu.

"Pak Jusuf Kalla bilang, ini Pemilu terburuk dalam sejarah. Nah itu tim-nya 03, Todung Mulya Lubis siapa lagi, sama ngomongnya, ini Pemilu 2024 terburuk dalam sejarah. Ya biasa itu. Jadi biasanya yang kalah itu selalu bilang ini terburuk," kata dalam acara halal bihalal ICMI di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2024) malam.

Baca Juga

Usai Pilpres 2019 dulu, kata dia, juga muncul anggapan "terburuk" dari pihak yang kalah. Anggapan serupa muncul dari gelaran pilpres sebelumnya.

Jimly lantas membandingkan pelaksanaan Pemilu 2024 dan 2019. Dia mengatakan, sebagian masyarakat menganggap Pemilu 2019 "parah" karena ada 900 lebih petugas pelaksana pemilu yang meninggal.

Lalu ada sejumlah orang meninggal dan ratusan luka-luka karena demonstrasi menolak hasil Pilpres 2019 di depan Kantor Bawaslu RI. Selain itu, struktur birokrasi secara alamiah "secara diam-diam ikut main" mengampanyekan Jokowi karena dia adalah presiden pejawat.

"Sedangkan Pemilu 2024, ya tidak separah itu, yang meninggal cuma 90 petugasnya dan yang demo tidak ada yang jadi korban, dan isu politik agama itu tidak seperti 2019. Maka ada yang menilai, sebenarnya lebih baik ini (Pemilu 2024)," kata mantan Ketua MK itu.

Jika dibandingkan dari tingkat partisipasi pemilih, lanjut Jimly, Pemilu 2024 juga tak beda jauh dengan 2019. Saat Pemilu 2019 tingkat partisipasi pemilih 81,9 persen, sedangkan 2024 sebesar 81,8 persen.

Terlepas dari penilaian pemilu terburuk itu, Jimly mengajak semua masyarakat untuk bersatu kembali karena gelaran Pilpres 2024 sudah usai. Semua perbedaan yang muncul selama hajatan pemilihan presiden itu harus dikesampingkan demi masa depan Indonesia.

"Alhamdulillah sekarang karena semuanya sudah selesai, mari kita bersilaturahim, padu kembali untuk Indonesia, untuk umat dan untuk bangsa. Jadi tidak ada jalan lain kecuali demikian, dan kita manfaatkan semangat Idulfitri ini," ujarnya.

Secara spesifik, Jimly mengajak para tokoh untuk tak lagi membuat situasi politik menjadi panas. Dengan begitu, diharapkan masyarakat luas juga akan ikut teredam emosinya.

"Kita lupakan dulu perbedaan kemarin. Biar aja orang lain di masyarakat, di media sosial, udah enggak usah dilarang, tapi tokoh-tokoh yang berpengaruh sebaiknya mulai menurunkan suhu," ucapnya.

Acara halalbihalal ICMI dihadiri anggota dan pengurus organisasi tersebut. Beberapa di antaranya adalah tokoh bangsa. Beberapa yang hadir adalah Ketua Dewan Penasehat ICMI Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua MPR Amien Rais, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, dan sejumlah mantan menteri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement