Kamis 02 May 2024 10:30 WIB

Dampak Pencemaran Lingkungan, Bahan Kimia Berbahaya Terkandung di Dalam Makanan

Bahan kimia berbahaya hampir terdapat di setengah sampel makanan dan minuman.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nora Azizah
Pencemaran lingkungan dari sampah plastik (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Pencemaran lingkungan dari sampah plastik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Per and polyfluoroalkyl substances (PFAS) atau "Forever Chemicals" atau "Bahan Kimia Selamanya" ditemukan di lebih dari 3.300 sampel makanan dan minuman yang diuji oleh Pemerintah Inggris pada 2022. Disebut forever chemical karena merupakan racun yang memerlukan waktu berabad-abad untuk terurai di lingkungan.

Kelompok Pan UK menyerukan agar 25 pestisida PFA yang digunakan di Inggris dilarang, termasuk enam yang diklasifikasikan sebagai "sangat berbahaya". Hal itu dikarenakan PFA dapat terakumulasi dalam organisme hidup dan dikaitkan dengan kondisi kesehatan yang serius.

Baca Juga

Dilansir Sky News, dari semua item yang diuji, stroberi merupakan yang paling terkena dampaknya karena 95 persen dari 120 sampel yang diuji mengandung PFA. Menurut laporan dari komite penasihat residu pestisida (PRiF) Departemen Lingkungan Hidup Inggris, makanan dan minuman tersebut diuji residu sekitar 401 pestisida. Persik, mentimun, aprikot, dan kacang-kacangan semuanya menunjukkan setidaknya 15 persen sampel mengandung PFA.

Laporan PRiF menyebutkan bahwa 56,4 persen sampel yang diuji mengandung residu pestisida yang mereka uji, namun angka ini berada di bawah tingkat residu maksimum (MRL) yang diperbolehkan dalam makanan menurut undang-undang. Sementara itu, 1,8 persen sampel mengandung residu pestisida di atas batas legal.

Laporan tersebut mengatakan Eksekutif Kesehatan dan Keselamatan (HSE) Inggris melakukan penilaian risiko terhadap semua residu pestisida yang ditemukan dalam program pengujian dan mengambil tindakan lebih lanjut jika risiko terhadap kesehatan teridentifikasi. 

"Perlu dicatat, bahkan ketika makanan mengandung residu di atas MRL, HSE jarang menemukan risiko terhadap kesehatan orang yang memakan makanan tersebut,” katanya, dilansir dari Sky News, Kamis (2/5/2024).

Namun, Pesticide Action Network UK (Pan UK), mengatakan MRL tidak menjamin jumlah pestisida yang ditemukan dalam makanan aman. Organisasi tersebut juga menyatakan bahwa mereka tidak mempertimbangkan cara-cara lain yang bisa membuat konsumen terpapar, seperti kemasan makanan plastik, air minum, dan berbagai produk rumah tangga.

Pan UK, yang menganalisis hasil pengujian, menemukan 61 persen dari 109 sampel anggur mengandung PFA, 56 persen dari 121 sampel ceri, 42 persen dari 96 sampel bayam, dan 38 persen dari 96 sampel tomat. Nick Mole, dari Pan UK, mengatakan pestisida PFA sama sekali tidak diperlukan untuk menanam pangan dan ia mendesak pemerintah untuk melarang 25 jenis pestisida yang saat ini digunakan.

“Mengingat semakin banyak bukti yang menghubungkan PFA dengan penyakit serius seperti kanker, sangat mengkhawatirkan bahwa konsumen Inggris tidak punya pilihan selain menelan bahan kimia ini, beberapa di antaranya mungkin akan tetap berada di tubuh mereka di masa depan," ujar Mole.

“Kita perlu segera mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi 'bahan kimia selamanya' ini dan melakukan segala yang kita bisa untuk mengecualikannya dari rantai makanan," jelasnya melanjutkan.

Sementara itu, Juru bicara Departemen Lingkungan Hidup, Pangan & Pedesaan (Defra) mengatakan,  pihaknya menetapkan batasan ketat pada tingkat residu pestisida dalam makanan konsumen dan pakan hewan.

Batasan ini ditetapkan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan ditetapkan di bawah tingkat yang dianggap aman untuk dikonsumsi masyarakat serta berlaku untuk makanan yang diproduksi di Inggris dan yang diimpor dari negara lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement