REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO — Mesir memperingatkan pada hari Selasa (7/5/2024) bahwa operasi Israel di kota Rafah dapat mengancam upaya gencatan senjata. Peringatan ini dikeluarkan tak lama setelah militer Israel menguasai penyeberangan perbatasan Rafah yang vital antara kantong Palestina dan Mesir.
Dilansir dari Alarabiya, Rabu (8/5/2024), Kementerian Luar Negeri Mesir menyebut militer Israel menguasai perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir pada hari Selasa dan tank-tanknya didorong ke kota Rafah di Gaza selatan, setelah semalam serangan udara di kantong Palestina.
Serangan Israel kemudian terjadi ketika mediator berjuang untuk mewujudkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada saat konflik memasuki bulan ke-8.
Kelompok militan Palestina pada Senin malam mengatakan, bahwa mereka telah menyetujui proposal gencatan senjata tetapi Israel tutup mata dan justru menyebut persyaratan itu tidak memenuhi tuntutannya.
Di tengah kekhawatiran internasional atas penderitaan warga sipil yang dijejalkan di Rafah, tank dan pesawat Israel menyerang beberapa daerah dan rumah dalam semalam.
Lebih dari satu juta orang telah mencari perlindungan di Rafah sejak perang meletus pada Oktober tahun lalu. Mereka berlindung di kamp-kamp tenda dan tempat penampungan darurat.
Banyak di antara mereka yang mengikuti perintah Israel dan mencoba untuk pergi dan mengungsi. Namun karena sebagian besar wilayah pesisir sudah hancur, mereka mengatakan tidak punya tempat yang aman untuk dituju.
Militer Israel mengatakan operasi di Rafah dimaksudkan untuk membunuh anggota Hamas dan membongkar infrastruktur yang digunakan oleh Hamas, yang memerintah wilayah Palestina yang terkepung.