Rabu 08 May 2024 19:30 WIB

Gejolak Geopolitik, Ini Saran Investasi dari Bank Danamon

Investasi obligasi jangka pendek dapat berbasis rupiah maupun dolar.

Consumer Funding and Wealth Business Head Bank Danamon Ivan Jaya dalam Journalist Class-Investasi 101 Membangun Masa Depan Finansial Anda di Menara Danamon Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Foto: Republika/Dian Fath Risalah
Consumer Funding and Wealth Business Head Bank Danamon Ivan Jaya dalam Journalist Class-Investasi 101 Membangun Masa Depan Finansial Anda di Menara Danamon Jakarta, Rabu (8/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Consumer Funding & Wealth Business Head Bank Danamon Ivan Jaya menyarankan obligasi jangka pendek sebagai instrumen investasi yang cenderung aman di tengah gejolak geopolitik global yang sedang memanas.

“Investasi itu mempunyai kaitan dengan global, jadi kalau jawaban singkat saya kalau saat ini masuk dulu ke obligasi jangka pendek,” kata Ivan saat acara Investasi 101: 'Membangun Masa Depan Finansial Anda' di Jakarta, Rabu (8/5/2024).

Baca Juga

Ivan menjelaskan, investasi obligasi jangka pendek dapat berbasis rupiah maupun dolar AS yakni Fixed Rate (FR) 100 dan FR 101.

Menurut dia, obligasi pemerintah dalam dolar AS terbilang menguntungkan karena nilai tukar mata uang Negeri Paman Sam tersebut cenderung terus menguat terhadap rupiah. Di samping itu, para investor juga tentu menimbang risiko pelemahan mata uang ke depannya.

“Kalau deposito di Amerika atau dolar AS itu 5 persen dan di Indonesia sama-sama 5 persen itu lebih mana? Sebagai investor sudah pasti ke dolar AS, karena kita tahu nilai tukar dolar AS ke rupiah cenderung menguat terus,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ia juga menyarankan untuk melakukan diversifikasi investasi dengan menyebarkan dana investasi ke berbagai instrumen atau aset.

Dengan portofolio yang terdiversifikasi, maka investor dapat melindungi diri dari fluktuasi pasar yang tak terduga dan pada saat yang sama meningkatkan potensi keuntungan mereka.

Diversifikasi investasi sendiri dapat dilakukan melalui tiga cara utama, yakni diversifikasi dari segi kelas aset, diversifikasi dari sisi sektor dan diversifikasi dari sisi waktu pembelian. Sementara itu, Ivan menambahkan ada tiga sikap yang harus dihindari para investor.

Yang pertama Herding Behaviour atau perilaku 'ikut-ikutan', di mana investor membuat keputusan berdasarkan apa yang dilakukan orang lain, bukan berdasarkan analisis mendalam.

Kedua, investor juga wajib menghindari sikap 'Unrealistic Expectation' atau ekspetasi yang tidak realistis, bahwa tidak ada jalan pintas untuk menjadi kaya dan janji return tinggi tanpa risiko sering kali merupakan indikasi penipuan atau skema Ponzi.

Ketiga, Ivan sangat menyarankan para investor untuk tidak berinvestasi di luar kemampuan finansial.

“Gunakan hanya dana yang tidak diperuntukan untuk kebutuhan sehari-hari, karena investasi memiliki risiko dan dapat berfluktuasi, terutama dalam jangka waktu pendek,” tutupnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement