REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pengambil kebijakan Federal Reserve mengatakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) harus menunggu beberapa bulan lagi guna memastikan inflasi benar-benar kembali ke jalur target dua persen. Setelah dipastikan, barulah suku bunga bisa dipangkas.
“Dengan tidak adanya pelemahan yang signifikan di pasar tenaga kerja, saya perlu melihat data inflasi yang baik selama beberapa bulan lagi. Itu sebelum saya dapat mendukung pelonggaran kebijakan moneter,” kata Gubernur Fed Christopher Waller kepada Peterson Institute for International Ekonomi di Washington, seperti dilansir Reuters, Rabu (22/5/2024).
Garis waktu tersebut juga digaungkan oleh Presiden Fed Cleveland Loretta Mester dalam komentarnya pada Selasa malam di konferensi Fed Atlanta. Ia pun mengaku perlu melihat data inflasi beberapa bulan ke depan yang diperkirakan bakal turun.
“Kita berada dalam periode di mana kesabaran sangat penting. Saya pikir datanya sangat beragam, dan ini akan memakan waktu lebih lama dari yang saya perkirakan sebelumnya," ujar Presiden Fed Boston Susan Collins.
Para pengambil kebijakan menyampaikan pernyataan tersebut karena The Fed telah meremehkan pembicaraan mengenai kenaikan suku bunga lebih lanjut. Hanya saja, bank sentral pun menyatakan, mereka merasa perekonomian perlu lebih tenang.
"Kami hanya tidak ingin jatuh ke jurang. Itu hal yang penting. Saat ini kami tidak melihat apa pun yang sepertinya tinggal di sini selama tiga atau empat bulan akan menyebabkan perekonomian terpuruk," kata Waller.
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran 5,25 persen sampai 5,50 persen sejak Juli lalu. Alasannya karena terdampak oleh pembacaan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan selama tiga bulan dari Januari hingga Maret, mereka dengan hati-hati menyambut tanda-tanda baru yang menggembirakan dari pelonggaran tenaga kerja.