REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Sayap Bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam mengatakan mereka meluncurkan serangan "rudal besar" ke Tel Aviv. Sementara militer Israel membunyikan sirine yang memperingatkan kemungkinan datangnya roket ke tengah kota.
Dalam pernyataannya di aplikasi kirim-pesan Telegram, Ahad (26/5/2024) Brigade al-Qassam mengatakan roket-roket itu diluncurkan sebagai respons atas apa yang mereka sebut sebagai "pembantaian Zionis terhadap warga sipil." Stasiun televisi Hamas, Al-Aqsa melaporkan roket-roket itu diluncurkan dari Jalur Gaza.
Tidak terdengar suara sirine roket di Tel Aviv selama empat bulan. Militer Israel tidak mengungkapkan alasan mengapa sirine tersebut diaktifkan. Badan layanan darurat Israel mengatakan mereka tidak menerima laporan korban jiwa atau luka.
Serangan ini memberi sinyal faksi Hamas masih dapat melepaskan tembakan jarak jauh meski sudah digempur serangan udara dan darat Israel selama tujuh bulan.
Sebelumnya dilaporkan juru bicara Brigade al-Qassam, Abu Ubaida mengatakan pejuangnya menangkap tentara Israel dalam pertempuran di Jabalia, Gaza utara. Militer Israel membantah klaim tersebut.
Ubaida tidak mengatakan berapa banyak tentara Israel yang mereka tangkap dan tidak menunjukkan bukti klaim mereka.
"Pejuang kami memancing pasukan Zionis untuk disergap di dalam terowongan, pejuang mundur setelah mereka meninggalkan semua tentara yang tewas, terluka dan tertangkap," kata Ubaida dalam rekaman suara yang disiarkan stasiun televisi Aljazirah.
Militer Israel membantah klaim Ubaida. "IDF (Angkatan Bersenjata Israel) mengklarifikasi tidak ada peristiwa yang mana seorang tentara ditangkap," kata militer dalam pernyataannya.
Hamas merilis video yang tampaknya menunjukkan seseorang yang berlumuran darah diseret di sepanjang terowong dan foto-foto anggota militer yang kelelahan dan senapan panjangnya. Identitas orang atau kondisinya di dalam video itu belum dapat diverifikasi.
Sementara itu, Pengamat politik Israel, Akiva Eldar, mengatakan serangan roket terbaru ke Israel yang dilaporkan diluncurkan dari Rafah, akan mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk “memainkan peran sebagai korban."
Dikutip dari Aljazirah, Ahad (26/5/2024) Eldar mengatakan tembakan ini juga akan memungkinkan Netanyahu berargumen putusan Mahkamah Internasional untuk menghentikan operasi militer di Rafah dengan mengatakan operasi militer tersebut diperlukan untuk menjamin keamanan warga sipil Israel dalam menghadapi serangan-serangan semacam itu.
Eldar mengatakan serangan ini dapat membuat Netanyahu percaya ia memiliki “pembenaran” untuk masuk lebih dalam ke Rafah hingga, seperti yang ia janjikan, mencapai kemenangan total.”