REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Wajah Jakarta saat ini memang sangat jauh berbeda dibanding pada 1950-an. Kala itu, Jakarta tidak disibukkan mudik lebaran seperti sekarang karena isi Jakarta mayoritas masih orang Betawi yang tidak perlu mikirin mudik.
Berdasarkan sensus penduduk pada 2000, dari 8,3 juta penduduk Jakarta hanya 12,65 persen asli Betawi. Sisanya kaum migran dan terbanyak dari pulau Jawa (35,16 persen). Bahkan, perantau Minang di Jakarta diperkirakan lebih banyak dari warga Betawi. Banyak di antara mereka yang kini menjadi pedagang besar, memulai usaha dari PKL (pedagang kaki lima).
Lengangnya Jakarta kala warganya mudik Lebaran, mengingatkan kita pada suasana 1950-an. Jalan-jalan lengang karena kendaraan bermotor masih sangat sedikit. Toko-toko buka sampai pukul 12 siang dan dibuka kembali dari pukul 2 sampai 4 sore.
Kebiasaan ini tertular gaya hidup kolonial Belanda yang suka tidur siang. Padahal pada tahun-tahun tersebut terjadi migrasi besar-besaran akibat terjadinya pemberontakan di berbagai daerah, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.