Rabu 05 Jun 2024 23:54 WIB

Seribu Lebih Ekstremis Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa

Ekstremis Yahudi meneriakkan yel-yel anti-Muslim dan memukuli warga Palestina.

Warga Israel mengibarkan bendera nasional saat pawai memperingati Hari Yerusalem di depan Gerbang Damaskus Kota Tua Yerusalem, Rabu, 5 Juni 2024.
Foto: AP Photo/Leo Correa )
Warga Israel mengibarkan bendera nasional saat pawai memperingati Hari Yerusalem di depan Gerbang Damaskus Kota Tua Yerusalem, Rabu, 5 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Lebih dari seribu ekstremis Yahudi merangsek ke dalam Kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem, Rabu (5/6/2024). Tindakan provokatif itu dilakukan seturut peringatan penjajahan Israel di Yerusalem Timur.

Kantor berita WAFA melaporkan, Departemen Wakaf Islam, yang bertanggung jawab atas Masjid al-Aqsa di Yerusalem, mengatakan bahwa sekitar 1.601 penjajah, termasuk anggota parlemen dan pejabat Israel, menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa pada Rabu untuk menandai pendudukan Timur. Yerusalem, selama perang bulan Juni 1967. Penjajah melakukan ritual Talmud yang provokatif di halaman Masjid Al-Aqsa dan jalan-jalan Yerusalem sementara polisi Israel menyerang warga Palestina dan jamaah di kota yang diduduki itu.

Baca Juga

Rekaman video yang diposting oleh para aktivis menunjukkan beberapa warga ditahan oleh polisi pendudukan di kota Yerusalem setelah mereka dipukuli secara brutal. Para penjajah juga menyerang warga Palestina di Jalan Al-Wad di Kota Tua Yerusalem dan di berbagai lingkungan di Yerusalem, sementara ribuan petugas polisi dikerahkan di seluruh lingkungan dan jalan-jalan tersebut.

Pawai bendera yang provokatif, yang dilakukan setiap tahun oleh penjajah untuk menandai pendudukan kota suci tersebut, dimulai dari Yerusalem Barat dan menuju Masjid Al-Aqsa di Kota Tua. Para penjajah juga mengorganisir pawai provokatif menuju Al-Buraq, tepat di bawah Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Tembok Barat atau Tembok Ratapan. Pawai ini berlanjut hingga larut malam hari ini, termasuk pawai massal yang akan berangkat menuju Tembok Barat pada pukul 18.00 waktu setempat.

Koresponden Aljazirah melaporkan, kali inii adalah pawai Hari Bendera yang jauh lebih penuh kekerasan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Segera setelah kelompok ultranasionalis tiba di Yerusalem Timur yang diduduki, mereka mulai menyerang warga Palestina. Anak-anak kecil menyerang wanita Palestina yang lebih tua.

“Kami telah melihat foto-fotonya – mereka menyerang toko-toko, berlarian ke dalam toko-toko. Polisi kehilangan kendali. Mereka meminta orang-orang Palestina untuk menutup toko-toko mereka karena mereka tidak dapat mengendalikan orang-orang tersebut,” tulis Aljazirah.

Tahun ini, jurnalis diserang. Tidak hanya jurnalis Palestina, jurnalis Israel juga diserang. “Ini wilayah kami, tapi Anda tidak akan mendapat bagian apa pun dari wilayah ini; sungguh, kami ingin menyingkirkan setiap warga Palestina,” teriak para ekstremis Yahudi. Polisi hanya menangkap warga Palestina, seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Acara tahunan ini menandai pendudukan Israel atas Yerusalem timur, termasuk Kota Tua dan tempat sucinya yang sakral bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, pada tahun 1967. Para pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan anti-Muslim di luar Gerbang Damaskus, tempat berkumpulnya warga Palestina di Yerusalem timur yang diduduki. “Matilah orang Arab,” teriak mereka.

Sapir Sluzker Amran, seorang aktivis dan pengacara hak asasi manusia, mengatakan kelompok sayap kanan Israel telah mengadakan Pawai Bendera selama bertahun-tahun sebagai provokasi. Tetapi tahun ini ada niat langsung untuk membakar suasana. Dia mengatakan kepada Aljazirah bahwa Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan menteri sayap kanan lainnya berusaha melakukan semua yang mereka bisa untuk menghentikan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata yang baru-baru ini diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden.

"Mereka menggunakan parade ini dan menggunakan rute melalui Gerbang Damaskus, di dalam Kota Tua untuk menghadapi dan menggunakan kekerasan terhadap warga Palestina untuk memanasi situasi sehingga punya alasan untuk melanjutkan perang,” katanya. “Meski bukan bagian dari jalur pawai, mereka tetap ngotot pergi ke Al-Aqsa untuk melakukan ritual di sana,” tambah Amran.

“Menurut para rabbi terkemuka, saat ini umat Yahudi dilarang untuk beribadah di al-Aqsa dan mereka masih melakukannya karena mereka bisa dan karena mereka menganggap diri mereka sebagai tuan tanah seperti yang mereka katakan, jadi mereka datang untuk memberikan pelajaran kepada orang-orang Palestina saat ini.”

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement