REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Foto tahun 1930-an memperlihatkan persiapan untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Wilhelmina dari Belanda. Tampak ratusan bendera merah-putih-biru (si tiga warna) dan baliho di Jembatan Willemlaan (Jalan Willem). Kini, letaknya berada di samping Masjid Istiqlal.
Pada masa Belanda, tempat tersebut bernama Wilhelmina Park. Kala itu, kawasan ini disebut Weltevreden (daerah yang lebih baik). Sedangkan, pusat kota yang telah ditinggalkan Belanda di sekitar Kota dan Pasar Ikan disebut Batavia Centrum.
Tiap ulang tahun raja dan ratu Belanda selalu dirayakan dengan meriah masyarakat Batavia, khususnya warga Belanda, termasuk di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Di depan Istana Rijswijk (Istana Negara), Kali Ciliwung yang kala itu masih dalam, pada malam hari, dijadikan tempat ajang pesta untuk saling berperahu hias di sungai yang kini sudah dangkal dan banyak sampah.
Willemlaan adalah nama jalan untuk mengabadikan nama Raja Willem, kakek dari Ratu Wilhelmina dan buyut Ratu Beatrix. Pada masa penjajahan, nama-nama jalan, taman, dan tempat banyak mengabadikan nama pemimpin Kerajaan Belanda.
Kelahiran Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus 1880 juga diperingati melalui pesta Pasar Gambir (kini Monas). Pesta Pasar Gambir berlangsung selama dua minggu dan mulai dilakukan pada tahun 1898 saat ratu berusia 18 tahun. Pada peringatan itu, kantor dan sekolah diliburkan.
Lokasi Pasar Gambir semula di depan Koningsplein (kini Istana Merdeka), kemudian dipindah ke depan Balai Kota. Karena becak belum muncul dan mobil angkutan masih sangat mewah, masyarakat menggunakan delman untuk pergi ke Pasar Gambir. Pulang dari Pasar Gambir, tampaknya kurang afdal kalau tidak nenteng kerak telor.
Setelah 30 tahun terhenti karena pendudukan Jepang pada 1942, gubernur Ali Sadikin menghidupkan kembali pesta tersebut pada 1972 di tempat yang sama dengan nama Pekan Raya Jakarta (PRJ). Kalau Pasar Gambir untuk memperingati hari lahir ratu Belanda, Pekan Raya Jakarta untuk memperingati hari ulang tahun Jakarta. Kini, PRJ berlangsung di bekas Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pada tempo doeloe , sambutan masyarakat terhadap Pasar Gambir cukup besar. Tahun 1906, dilaporkan pengunjung mencapai 76 ribu orang. Padahal, penduduk Batavia kala itu baru sekitar 500 ribu jiwa. Rupanya, Pasar Gambir juga menyedot pengunjung dari luar kota.