Rabu 12 Jun 2024 08:28 WIB

'Ketika Matahari Bersinar, Anda Menghasilkan Uang'

Cina menargetkan pada 2025 seperlima energinya berasal dari energi terbarukan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Petani Cina, Shi Mei, berjalan di dekat panel surya di atap rumahnya di pedesaan Jinan, Provinsi Shandong, Cina, 21 Maret 2024.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Petani Cina, Shi Mei, berjalan di dekat panel surya di atap rumahnya di pedesaan Jinan, Provinsi Shandong, Cina, 21 Maret 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANDONG -- Shi Mei dan suami awalnya mencari nafkah dengan menanam jagung dan milet di ladang kecil mereka di Provinsi Shandong, Cina. Lalu, pada tahun 2021 mereka memutuskan untuk berinvestasi di panel surya. Pasangan itu menandatangani kontrak untuk memasang 40 panel surya di atap rumah mereka.

 

Panel-panel surya itu akan mengirimkan listrik ke jaringan listrik di dekatnya. Kini, pasangan itu mendapatkan pendapatan setiap watt yang mereka hasilkan. Shi dan suaminya sudah mendapatkan uang setara 10 ribu dolar AS per tahun. Hasil investasi ini bisa ia lacak dari telepon pintarnya. "Ketika matahari besinar, anda menghasilkan uang," kata Shi.

Keluarga Shi bisa dibilang menjadi garda terdepan dalam pemanfaatan energi surya. Bagaimana tidak, Cina sudah lama mendominasi manufaktur panel surya untuk dunia, tapi tidak banyak pemasangan di dalam negeri.

Namun kini sudah berubah ketika Pemerintah Cina semakin fokus memangkas emisi gas rumah kaca dan menguatnya perekonomian hijau. Cina menargetkan pada tahun 2025 seperlima energinya berasal dari energi terbarukan. Pemerintah Cina juga menawarkan berbagai subsidi pada pemerintah daerah dan pengusaha.

Upaya mendorong industri energi surya dan pemasangan panel surya di rumah seperti yang dilakukan keluarga Shi berhasil. Kini jaringan listrik dapat menghasilkan lebih banyak energi.

Shi salah satu orang yang mendapatkan keuntungan di awal ledakan industri energi surya. Kini sejumlah kota di Provinsi Shandong termasuk desanya sedang menahan pemasangan panel surya baru.  

Saat ini, perusahaan-perusahaan manufaktur dan utilitas sedang berlomba-lomba membangun baterai yang kapasitasnya dapat menyimpan semua energi yang dihasilkan panel surya. Mereka juga ingin harga energi lebih fleksibel sehingga dapat membentuk permintaan yang dapat dipenuhi pasokan. Mereka juga ingin teknologi yang mempermudah upaya menghentikan penggunaan energi batu bara, sehingga bukan energi bersih dari panel surya yang "dibatasi" ketika jaringan listrik tidak dapat lagi menerima pasokan.

"Cina memiliki potensi dan kesempatan besar untuk membuat sektor energinya mencapai puncak karbon 2025," kata juru kampanye iklim dan energi bersih Greenpeace Cina Grace Gao.

"Saya ingin melihat Shandong benar-benar menjadi pemimpin energi terbarukan dan memamerkan praktek terbaiknya ke seluruh Cina," tambahnya.

Seperti kebanyakan proyek infrastruktur di Cina, proyek tenaga surya dilakukan dengan kecepatan dan skala yang sangat tinggi. Berdasarkan data Administrasi Energi Nasional Cina pada tahun 2023, negara itu menambah 216 gigawatt tenaga surya atau lebih dari setengahnya berasal dari pembangkit listrik tenaga surya besar.

Berdasarkan penelitian perusahaan konsultasi Wood Mackenzie, jumlah total pembangkit listrik tenaga surya besar di Cina lebih dari separuh dari total jumlah pembangkit listrik tenaga surya besar di seluruh dunia. Gao mengatakan satu gigawatt tenaga surya cukup memasok kebutuhan energi sekitar 320 ribu rumah tangga di Cina selama satu tahun. Pada tahun 2023, Provinsi Shandong menambah sekitar 14 gigawatt listrik dari tenaga surya.

Provinsi itu kini memiliki kemampuan untuk menghasilkan listrik lebih banyak daripada yang digunakan dalam waktu-waktu tertentu dalam sehari. Provinsi itu juga merupakan provinsi terdepan dalam kapasitas energi terbarukan. Namun hal ini juga berarti Shandong merupakan provinsi pertama yang menghadapi kesulitan dalam pertumbuhan yang pesat.

"Provinsi-provinsi lain juga akan menghadapi masalah-masalah ini, karena akan lebih banyak energi surya," kata Sekretaris Jenderal Kelompok Industri Investasi Cina, China New Energy Investment dan Financing Alliance, Peng Peng.

Cina pada 2014 mengumumkan akan memberikan subsidi pada panel surya untuk rumah tangga dan industri. Shandong yang merupakan pusat industri manufaktur menjadi kandidat yang lebih tepat untuk memulai investasi pengembangan tenaga surya dibandingkan provinsi Qinghai atau Mongolia Dalam yang jarang penduduknya.

Bisnis melesat berkat panel surya...lanjut baca>>>

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement