REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat menyatakan perubahan perilaku dan sosial dalam masyarakat adalah kunci penting dalam pengentasan stunting. Meski perubahannya kecil namun menurut dia, berdampak besar.
Oleh karena itu Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Jawa Barat Ane Carolina pun memuji program BISA yang digagas dan dijalankan Nutrition International dan Save The Children di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung Barat. Ia menyebut Program BISA juga memutus siklus lahirnya anak stunting antar generasi.
Selain itu menurut dia program BISA juga melakukan advokasi dan pembentukan Tim Percepatan Pencegahan Stunting di level puskesmas sehingga lebih terarah. "Lewat advokasi ada peningkatan praktik perbaikan gizi, walau baru di dua kabupaten. Program BISA membantu kepada remaja putri, ibu dan para pengasuh,"ucap dia dalam konferensi pers di Bandung, Selasa (11/6/2024).
Ia juga menambahkan untuk mendukung program penanganan stunting, melalui APBD, telah dikucurkan dana bantuan sebesar Rp 130 juta per desa per tahun. Rencananya di 2025, akan ada tambahan senilai Rp 20 juta atau sebesar Rp 150 juta.
Oleh karena itu ia berharap dana tambahan tersebut digunakan 5.975 desa di Jawa Barat untuk penanganan pencegahan stunting dan gizi buruk. "Bila di desa dengan rasio stunting tinggi maka kami berharap 130 juta itu digunakan untuk penanganan stunting, dan itu di luar dana desa,"ucap dia.
Selain itu, terinspirasi program BISA, Bappeda Jabar mendorong Kuliah Kerja Nyata (KKN) universitas di Jawa Barat untuk melakukan advokasi perubahan perilaku dan sosial di desa-desa.
Country Director Nutrition International Indonesia Herrio Hattu mengatakan program BISA yang digagas bersama Save The Children Bersama pemerintah berupaya memutus siklus lahirnya anak stunting antar generasi. Nutrition International, misalnya bersama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, mengembangkan modul pelatihan tentang gizi ibu dan anak selama 1.000 hari pertama kehidupan, yang menekankan pentingnya suplementasi gizi mikro untuk mencegah cacat lahir.
Modul ini memberikan informasi yang lengkap kepada petugas kesehatan di Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mereka. Sementara bagi remaja putri, program BISA bersama stakeholder sekolah dan puskesmas mendorong untuk memberikan tablet tambah darah (DDT). Hal ini demi mencegah terjadinya anemia, sehingga sebagai calon ibu tidak melahirkan anak penderita stunting.