Jumat 21 Jun 2024 04:46 WIB

Pakar Sebut Rencana Insentif HEV Dapat Hambat Keberlanjutan BEV

Indonesia sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan insentif kendaraan HEV.

Red: Friska Yolandha
Indonesia sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan insentif kendaraan HEV.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Indonesia sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan insentif kendaraan HEV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyebutkan rencana kebijakan insentif untuk hybrid electric vehicle (HEV) berpotensi menghambat kemajuan ekosistem BEV (battery electric vehicle) di Indonesia.

Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis (20/6/2024), pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan insentif kendaraan HEV guna mempercepat tujuan netralitas karbon pada tahun 2060.

Baca Juga

Namun, langkah ini dianggap dapat mempengaruhi kemajuan ekosistem BEV di Indonesia yang telah menunjukkan pertumbuhan positif. Jika ekosistem BEV terhenti, hal ini dapat menghambat inovasi dan keberlanjutan industri otomotif domestik.

“Tren penjualan mobil hybrid tentu akan meningkat ketika insentif diberlakukan, sehingga bisa mendistorsi pangsa pasar mobil listrik di tanah air. Namun, rencana kebijakan insentif untuk HEV berpotensi menghambat kemajuan ekosistem BEV di Indonesia, ” ujarnya.