Kamis 27 Jun 2024 09:07 WIB

Cegah Hipertensi Berujung Fatal, Atasi dengan 2 Cara Ini Sebelum Terlambat

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner.

Red: Qommarria Rostanti
Cara mengembalikan hipertensi atau tekanan darah tinggi ke kadar normal (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Cara mengembalikan hipertensi atau tekanan darah tinggi ke kadar normal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi kronis di mana tekanan darah terhadap dinding arteri meningkat secara konsisten. Hipertensi sering disebut sebagai "pembunuh diam-diam" karena tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas, namun dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius jika tidak diobati.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Universitas Indonesia dr Prima Almazini Sp JP, Subsp Eko (K) FIHA mengatakan ada dua cara untuk menurunkan hipertensi. Pertama, menerapkan intervensi gaya hidup seperti mengurangi garam dan gula, hingga melakukan aktivitas fisik. "Kalau sudah tidak bisa terkontrol juga, maka harus dengan obat-obatan, obat-obatan itu diminum terus-menerus untuk menurunkan tekanan darah sampai batasnya normal 140 per 90," kata Prima dalam seminar yang diikuti secara daring di Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Dr Prima mengatakan hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner sehingga orang yang memiliki riwayat penyakit tersebut harus menurunkan tekanan darahnya sampai batasnya normal. Menurut dia, kalau tekanan darah normal, maka kemungkinan untuk mengalami serangan jantung menjadi lebih kecil.

"Tapi kalau tekanan darah tinggi dibiarkan saja, tidak diobati atau diterapi, maka akan menyebabkan pembentukan plak di pembuluh darah ya, penyempitan, dan lama-lama bisa menyebabkan penyakit jantung koroner," kata dr Prima.

Dia mengatakan, setiap tiga detik ada yang meninggal karena penyakit jantung koroner atau stroke di dunia. Di Indonesia, 1 dari 10 orang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner.

Total biaya pelayanan yang dihabiskan penyakit jantung sebesar Rp 7,4 triliun dan terbanyak dari seluruh jenis penyakit pada 2016. "Sehingga kita perlu melakukan upaya-upaya untuk menangani dan juga yang penting adalah untuk mencegah ya. Selain dari angka kematiannya yang tinggi, efeknya terhadap pembiayaan kesehatan juga sangat tinggi," ujarnya.

Dr Prima pun mewanti-wanti masyarakat secara rutin mengecek tekanan darahnya, terutama bagi orang yang berusia 35 hingga 40 tahun ke atas dan memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi. "Contoh ada ayah ibu atau ada kakek-nenek yang darah tinggi. Maka keturunannya bisa jadi juga menderita darah tinggi sehingga perlu dicek terutama dalam usia 35 sampai 40 tahun ke atas ya, perlu dicek secara rutin untuk mengantisipasi secara dini," kata Prima.

Ia juga meminta masyarakat untuk membatasi konsumsi gula kurang dari empat sendok makan per hari, konsumsi garam kurang dari satu sendok teh per hari, dan batasi makanan berlemak/digoreng kurang dari lima sendok makan minyak perhari. "Kurangi garam dan gula saat memasak, dan batasi juga konsumsi makanan olahan dan cepat saji. Makan ikan sedikitnya tiga kali per minggu dan makan lima porsi (antara 400 sampai 500 gram) buah-buahan dan sayuran per hari," kata Prima. Adapun satu porsi yang dimaksud yaitu setara dengan satu buah jeruk, apel, mangga, pisang, atau tiga sendok makan sayur yang sudah dimasak.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement