REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Untuk menjaga mati dalam keadaan khusnul khatimah, sudah sepatutnya seorang hamba, meski sudah berdosa, tetap berdoa kepada Allah SWT untuk memohon ampunan. Rahmat Allah SWT sungguh luas untuk para hamba-Nya. Maka jangan menunda-nunda taubat, karena ada batas akhir waktu taubat.
Imam As Suyuti dalam al-Jami' al-Shagir, menyampaikan pemaparan dengan menukil hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Di dalam hadits ini Nabi Muhammad SAW bersabda:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إن الله عز وجل يقبل تَوْبَةَ العَبْدِ ما لم يُغَرْغِرْ».
"Allah SWT menerima taubat hamba-Nya selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)". (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Batas akhir waktu taubat adalah ketika ruhnya sudah ada di tenggorokan. Taubat tidak lagi diterima Allah SWT ketika orang tersebut sudah tahu bahwa dia akan meninggal dunia. Begitu ada di titik ini, taubat yang dipanjatkan itu tertolak.
Salah satu contohnya adalah Firaun, yang memohon taubat ketika dirinya sudah mengetahui bahwa ajalnya telah dekat. Dia sadar waktu kematiannya sudah datang. Ketika tahu bahwa dirinya segera mati, barulah ia taubat. Firaun sudah tahu persis bahwa dia bakal mati ketika ia akan tenggelam. Inilah yang membuat dirinya putus asa dan baru berpikir untuk bertaubat. Tetapi nyatanya sudah terlambat.
Allah SWT berfirman:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا
"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan 'Sesungguhnya aku bertaubat sekarang'. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih". (QS An Nisa Ayat 18)
Di antara cara memohon ampunan kepada Allah SWT adalah dengan membaca doa sayyidul istighfar yang diajarkan Rasulullah SAW. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Syadad bin Aus.
Rasulullah SAW bersabda:
سَيِّدُ الِاسْتِغْفارِ أنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أنْتَ رَبِّي لا إلَهَ إلَّا أنْتَ، خَلَقْتَنِي وأنا عَبْدُكَ، وأنا علَى عَهْدِكَ ووَعْدِكَ ما اسْتَطَعْتُ، أعُوذُ بكَ مِن شَرِّ ما صَنَعْتُ، أبُوءُ لكَ بنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وأَبُوءُ لكَ بذَنْبِي فاغْفِرْ لِي؛ فإنَّه لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلَّا أنْتَ. قالَ: ومَن قالَها مِنَ النَّهارِ مُوقِنًا بها، فَماتَ مِن يَومِهِ قَبْلَ أنْ يُمْسِيَ، فَهو مِن أهْلِ الجَنَّةِ، ومَن قالَها مِنَ اللَّيْلِ وهو مُوقِنٌ بها، فَماتَ قَبْلَ أنْ يُصْبِحَ، فَهو مِن أهْلِ الجَنَّةِ.
"Sayyidul Istighfar adalah ketika kamu berkata (berdoa), "Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku, Tiada Ilah kecuali Engkau, Engkau telah menciptakanku, sedangkan aku adalah hamba-Mu, aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu sekuat tenagaku,..."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang mengucapkan doa ini (Sayyidul Istighfar) pada siang hari dengan menyakini isinya, kemudian mati pada hari itu sebelum petang, niscaya dia termasuk ahli Surga. Siapa yang membacanya pada malam hari dengan meyakini isinya, kemudian dia mati sebelum datangnya pagi, niscaya dia termasuk ahli surga." (HR. Bukhari)
Lafadz doa lengkap Sayyidul Istighfar yang tercantum dalam hadits tersebut, sebagai berikut:
اللَّهُمَّ أنْتَ رَبِّي لاَ إلٰهَ إلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِن شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Latin:
Allahumma anta robbii laa ilaaha illa anta, kholaqtanii wa anaa 'abduka wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatho'tu, a'uudzu bika min syarri maa shona'tu, abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu ulaka bi dzambii faghfirlii, fa innahu laa yaghfirudz dzunuu-ba illaa anta
Terjemahan:
"Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku, Tiada Ilah kecuali Engkau, Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu, aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu sekuat tenagaku, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan jelekku, aku mengakui akan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui juga atas dosa yang pernah aku perbuat, maka ampunilah diriku, sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah."