REPUBLIKA.CO.ID, SINGOSARI— Pengasuh Pondok Pesantren Ilmu Alquran (PIQ) Singosari Malang, KH Luthfi Bashori berbagi motivasi dengan santri baru tahun ajaran 2024-2025. Kesempatan tersebut dia pergunakan untuk mengisahkan perjuangan dan keberhasilannya betah selama berada di Ribath (istilah pesantren di Makkah) Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliky.
Dia mengisahkan selama delapan tahun belajar ilmu agama di Ribath yang berlokasi di Rusaifah Makkah tersebut, Ammy Lutfhi, begitu akrab disapa, terhitung hanya dijenguk orang tua, almarhum KH Bashori Alwy hanya tiga kali.
“Selama di Makkah delapan tahun disambang cuma tiga kali. Itu pun ketika saat haji. Jangan bayangkan juga boleh diajak dihotel bareng orang tua. Tidak diberbolehkan jadi cuma tiga hari saja selama musim haji. Jamnya pun dibatasi, dari pagi hingga zuhur. Sudah wajib kembali ke pesantren,” kata dia saat memberikan wejangan kepada santri dan wali santri di PIQ kampus II, Singosari, Malang.
Dia berkelakar, hiburan di Ribath Makkah cuma satu yaitu halamannya yang lebar kerap digunakan untuk bermain bola. Sebab, tidak ada lagi hiburannya kanan kiri depan belakang, adalah tembok tinggi yang mengelilingi Ribath.
Sebab itu dia mengatakan, kunci kesuksesan belajar di pesantren, tidak hanya terletak pada santri, tetapi juga ada faktor kesabaran orang tua.
“Praktik memondokkan anak, biasanya yang kangen duluan, ibu-ibu atau nenek yang nggak tahan anak cucunya jauh, kalangan ibu atau nenek-nenek. Kalau bapak-bapak biasanya realistis,” tutur dia.
Ammy Lufthi berkisah, dirinya mengirimkan putri kesayangannya untuk belajar di Hadramaut, Yaman juga jarang ditengok. Sudah 2,5 tahun ini tidak bertatap muka hanya melalui video call. “Saya tegar, ibunya tegar, putri saya tegar, inilah harapannya contoh, tata cara kepesantrenan,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus PIQ Singosari Malang, KH Abdul Ghofur, berterimakasih kepada wali santri atas kepercayaan menitipkan putra-putranya di PIQ. “Semoga bisa mengerjakan amanah yang diberikan bapak ibu, kata dia,”
Kiai Ghofur menjelaskan, PIQ, didirikan seorang kiai besar, KH Muhammad Bashori Alwi, pada 1 Mei 1978. Alhamdulilah alumninya tersebar penjuru nusantara. Ada yang jadi kiai, birokrat, dosen. Sejak didirikan hingga sekarang telah berdiri cabang-cabang di sejumlah daerah antara lain PIQ 3 Kalimantan timur, ada PIQ 5 di Kediri. Ada PIQ 6 di Gresik, ada PIQ 7 di Pasuruan. “Setelah berjalan sekian lama dengan usaha tak kenal lelah, oleh murabbi ruhina, telah meluluskan ahli Alquran,” tutur dia.
Dia menyebutkan, estafet kepimpinannya diteruskan putra almarhum yaitu KH Luthfi Bashori, alumni Ribath Syekh Muhammad bin Alwi al-Maliki yang secara konsisten menyebarkan virus positif khususnya untuk warga Singosari dan umumnya untuk daerah lainnya.
Dia menjelaskan, mulai tahun ini PIQ mempunyai sekolah formal jenjang SMP bekerjasama dengan SMP Paralita.
“Alhamdulilah siap perpustakaan, kelas representatif di atas. Semoga semakin jaya, semakin maju,” kata dia mengingatkan pentingnya sinergi antara ustads, wali santri, dan para sentri itu sendiri. “Bergerak maju bersama. Insya Allah keberhasilan depan mata,” ujar dia.