Kamis 11 Jul 2024 11:50 WIB

Perdebatan yang Sering Muncul Antara Orang Tua dan Anak yang Sudah Dewasa

Perdebatan ortu dan anak yang sudah dewasa berbeda dengan saat mereka masih kecil.

Rep: Mgrol152/ Red: Qommarria Rostanti
Orang tua dan anak yang sudah dewasa (ilustrasi). Ada beberapa perdebatan yang sering terjadi antara orang tua dan anak yang sudah dewasa.
Foto: www.freepik.com
Orang tua dan anak yang sudah dewasa (ilustrasi). Ada beberapa perdebatan yang sering terjadi antara orang tua dan anak yang sudah dewasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua dan anak-anak terkadang bertengkar. Perdebatan antara orang tua dan anak-anak yang masih kecil biasanya berbeda dengan perdebatan antara orang tua dan anak yang sudah dewasa.

Dilansir dari laman Huffpost baru-baru ini, terapis berbagi poin-poin pertengkaran yang biasa mereka lihat dalam dinamika orang tua dan anak dewasa, serta bagaimana mereka membantu klien untuk mengatasinya.

Baca Juga

1. "Ada hal-hal yang harus kita bahas dari masa kecil saya"

Brianne Billups Hughes, seorang terapis pernikahan dan keluarga di Santa Barbara, California, mengatakan masalah paling umum yang muncul dalam hubungan orang tua dan anak adalah ketika anak yang sudah dewasa ingin membicarakan pengalaman atau aspek yang sulit pada masa kecilnya dan mencari pengakuan atau validasi. Namun terkadang orang tua mungkin meremehkan, defensif, atau menolak untuk terlibat dalam percakapan ini. "Hasilnya, anak yang sudah dewasa merasa tertutup dan menjauhkan diri dari orang tua, dan orang tua tidak melihat ada masalah dengan apa yang terjadi," ujarnya.

Mungkin sulit bagi orang tua untuk menghadapi kesalahan mereka pada masa lalu dan mengakui bagaimana tindakan mereka berdampak negatif pada anak mereka. Hughes mengatakan, permintaan maaf yang tulus dari orang tua atas rasa sakit yang mungkin telah mereka timbulkan, meskipun tidak disengaja, dapat "sangat menyembuhkan" bagi anak yang sudah dewasa.

2. "Bisakah kamu berhenti mempertanyakan keputusan pengasuhan saya?"

Ketika anak-anak dewasa kemudian memiliki anak sendiri, konflik dengan orang tua tentang bagaimana mereka memilih untuk membesarkan keluarga mereka sering muncul. "Orang tua mungkin mengkritik atau meremehkan keputusan pengasuhan anak mereka yang sudah dewasa, sehingga menimbulkan ketegangan dan frustrasi," kata Hughes.

Dia menyebut, kakek-nenek mungkin juga merasa dikritik dan defensif terhadap pilihan mereka sendiri jika anak-anak mereka tidak membesarkan anak-anak mereka seperti cara mereka membesarkan mereka. Orang tua yang lebih tua mungkin percaya bahwa pendekatan pengasuhan mereka lebih tepat dan berharap anak-anak mereka mengikuti jalan yang sama. "Sementara anak-anak yang sudah dewasa mungkin mengadopsi pendekatan baru berdasarkan penelitian saat ini, nilai-nilai pribadi, atau apa yang dirasa tidak sesuai dengan masa kecil mereka," kata Hughes.

3. "Berhentilah mengajari saya tentang karier"

Konflik seputar karier mungkin terkait dengan kurangnya pekerjaan bagi anak yang sudah dewasa, pekerjaan yang tidak konsisten, atau karier yang tidak disetujui oleh orang tua karena satu dan lain hal. "Kebanyakan orang tidak memiliki perkembangan karier yang linier; yaitu mereka bersekolah dan kemudian memiliki pekerjaan yang bagus selama sisa hidup mereka," kata Smith.

Para orang tua tentu saja mengkhawatirkan masa depan anak-anak mereka. "Orang tua menginginkan yang terbaik bagi mereka sehingga sulit untuk tidak ikut campur ketika mereka merasa anak mereka tidak memiliki arah yang jelas," kata terapis dari California Utara, Kurt Smith.

Namun pada saat yang sama, hal ini memberikan banyak tekanan pada anak yang sudah dewasa. Tekanan tersbeut dapat membuat anak meragukan kemampuan mereka sendiri untuk membuat keputusan yang tepat untuk diri mereka sendiri.

4. "Mengapa ayah dan ibu tidak mendukung hubungan saya?"

Jika orang tua tidak menyetujui calon pasangan anak, hal itu dapat menyebabkan keretakan besar dalam hubungan. "Saya pernah mendengar orang tua yang menolak menghadiri pernikahan karena mereka tidak setuju atau menyukai pasangan yang diputuskan oleh anak mereka untuk menikah," kata terapis dari California Utara, Kurt Smith, yang berspesialisasi dalam konseling pria.

Menurut dia, perselisihan ini dapat menyebabkan pertengkaran pada kemudian hari. "Karena orang tua dapat menjadi terlalu kritis, cepat menghakimi, dan merendahkan pasangan anak mereka," kata dia.

5. "Kita membutuhkan batasan yang lebih baik"

Terapis pernikahan dan keluarga di Los Angeles, Gayane Aramyan, mengatakan seiring semakin seringnya orang pergi ke terapi, semakin banyak orang yang mengembangkan kesadaran terhadap batasan-batasan yang sehat dan berusaha untuk menetapkannya dengan keluarga. Namun, menetapkan batasan dengan orang tua bisa jadi sulit bagi anak-anak yang sudah dewasa.

"Hal ini membutuhkan ketegasan tetapi juga pendekatan yang sabar dan penuh kasih jika ada keinginan untuk mempertahankan hubungan," kata terapis pernikahan dan keluarga di Dallas, Liz Higgins.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement