Ahad 14 Jul 2024 06:35 WIB

Bertahun-tahun Membenci Islam, Mualaf Tammy Menangis Mendengar Adzan Pertama Kalinya

Mualaf Tammy terkagum dengan aturan yang ada dalam Islam

Mualaf Tammy terkagum dengan aturan yang ada dalam Islam
Foto: Mualaf
Mualaf Tammy terkagum dengan aturan yang ada dalam Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tammy Perkins, mualaf kelahiran New Hampshire tumbuh dan besar di lingkungan yang tak beragam. Kota yang terletak di timur laut Amerika Serikat itu adalah kota Kristen kulit putih yang sangat kecil.

“Saya ingat sejak usia yang sangat muda, 5 atau 6 tahun, saya mulai berjalan kaki ke gereja lokal sendirian. Orang-orang di gereja itu benar-benar mengayomi saya dan mengajari saya tentang Tuhan,” kata dia, dikutip dari About Islam, Ahad (14/7/2024).

Baca Juga

Dia terlahir dari keluarga miskin. Ibunya mengirim Tammy dan saudara-saudaranya ke gereja untuk makan, karena gereja akan memasak makanan untuk orang miskin. “Gereja selalu menjadi bagian dari hidup saya,” kata dia.

Tinggal di sebuah kota kecil dengan pengawasan orang tua yang minim, masa puber adalah masa yang sulit baginya. Hidup terasa membosankan sebagai seorang remaja dan saya membuat pilihan yang buruk. Pada usia 15 tahun Tammy hamil. Belum menikah dan hamil. “Pada saat saya berusia 19 tahun, saya memiliki dua anak perempuan,” kata dia.

Dia merasa terberkati dengan kehadiran anak-anak perempuan yang cantik. Dia telah menempuh jalan yang buruk dan putri-putrinya membutuhkannya. “Jadi saya melangkah maju dan saya mencoba yang terbaik untuk melakukan yang terbaik bagi mereka,” kata dia.

Setelah peristiwa 9/11, Tammy mengaku menjadi sangat konservatif secara politik. Dia menghabiskan banyak waktu menonton berita FOX dan mendengarkan radio. “Saya pikir saya tahu segalanya tentang Islam!,” ujar dia.

Kenyataannya, dia belum pernah bertemu dengan seorang Muslim dalam hidupnya, tetapi entah bagaimana dengan mendengarkan berita, dia pikir tahu segalanya.

“Siapapun yang ingin membela Islam kepada saya, saya akan segera meninggikan suara saya. Saya bertindak seolah-olah saya tahu segalanya, dan saya sangat yakin dengan diri saya sendiri, saya benar-benar berpikir bahwa saya lebih tahu dari mereka,” kata dia.

Namun sekarang, bertahun-tahun kemudian, dia menyadari bahwa dirinya tidak tahu apa-apa.

"Saya tidak terlalu baik. Saya tidak tahu apa-apa. Apa yang saya asumsikan sebagai seorang Muslim adalah orang Arab. Satu-satunya gambaran dan opini yang saya miliki adalah apa yang dikatakan dan ditunjukkan Fox News kepada saya,” kata dia mengisahkan.

Setelah beberapa puluh tahun, kedua putrinya baru saja lulus dari sekolah menengah atas, dan tidak seperti negara-negara Muslim di mana anak perempuan tinggal bersama sampai mereka menikah, putri-putrinya pindah segera setelah mereka lulus.

Seperti kebanyakan...

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement