Senin 15 Jul 2024 11:39 WIB

Upaya Pembunuhan Terhadap Donald Trump Dinilai Rusia Bagian dari Tradisi Politik AS

Joe Biden menegaskan, kekerasan bukan jati diri AS sebagai negara.

Rep: Kamran Dikrama/ Red: Andri Saubani
Kandidat presiden dari Partai Republik yang juga mantan Presiden Donald Trump dibantu oleh  agen Dinas Rahasia AS menuruni turun panggung usai ditembak saat kampanye di Butler, Pennsylvania, AS, Sabtu (13/7/2024). Kandidat Presiden dari Partai Republik Donald Trump terluka usai suara tembakan terdengar di tengah kampanye di Pennsylvania. Meskipun terluka, Trump dipastikan dalam kondisi baik.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Kandidat presiden dari Partai Republik yang juga mantan Presiden Donald Trump dibantu oleh agen Dinas Rahasia AS menuruni turun panggung usai ditembak saat kampanye di Butler, Pennsylvania, AS, Sabtu (13/7/2024). Kandidat Presiden dari Partai Republik Donald Trump terluka usai suara tembakan terdengar di tengah kampanye di Pennsylvania. Meskipun terluka, Trump dipastikan dalam kondisi baik.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW --  Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut upaya pembunuhan presiden dan calon presiden telah menjadi tradisi dalam kehidupan politik Amerika Serikat. Pernyataan itu ia sampaikan ketika menanggapi percobaan pembunuhan mantan presiden AS Donald Trump dalam kampanye di Negara Bagian Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024).

Menurut Zakharova, Presiden AS Joe Biden sebenarnya telah mengakui bahwa upaya pembunuhan terhadap presiden, calon presiden, tokoh terkemuka, dan tokoh politik adalah manifestasi menyakitkan dari kehidupan politik dalam negeri AS.

Baca Juga

"Biden seharusnya mengatakan bahwa ini bukan hanya manifestasi menyakitkan dari kehidupan politik dalam negeri AS tetapi juga sebuah 'tradisi'", kata Zakharova pada Ahad (14/7/2024).

"Dua bulan lalu, saya memperhatikan fakta bahwa AS secara harfiah menumbuhkan kebencian terhadap lawan politik, serta memberikan contoh-contoh tradisi Amerika dalam upaya dan pembunuhan presiden dan calon presiden," kata Zakharova dalam pernyataan terpisah di saluran komunikasi Telegram.

Presiden China Xi Jinping pun menyampaikan simpati kepada mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pascainsiden penembakan di Pennsylvania. Beijing mengaku prihatin dengan upaya pembunuhan terhadap Trump.

"China prihatin dengan insiden penembakan mantan Presiden Trump. Presiden Xi Jinping telah menyampaikan belasungkawa kepada mantan Presiden Trump," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan tertulis di Beijing, Senin (15/7/2024).

Trump terkena tembakan di telinga kanannya tetapi kondisinya dipastikan baik-baik saja setelah gagalnya upaya pembunuhan tersebut. Biro Investigasi Federal (FBI) kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengidentifikasi Thomas Matthew Crooks sebagai tersangka penembak. Crooks kemudian ditembak mati di lokasi kejadian.

Pasukan pengamanan presiden AS atau Secret Service dalam pernyataan terpisah mengatakan penembak melepaskan beberapa tembakan ke arah panggung dari posisi yang tinggi dari luar tempat tersebut. Penembakan itu tidak hanya melukai Trump, tetapi juga menewaskan satu korban dan menyebabkan dua orang lainnya luka kritis.

Peristiwa itu terjadi beberapa hari sebelum Trump secara resmi dicalonkan sebagai calon presiden dari Partai Republik untuk pemilihan umum 2024. Hingga kini, pihak berwenang belum mengungkap motif penembakan.

 

sumber : Antara, Reuters, Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement