Selasa 23 Jul 2024 10:53 WIB

Dampak Junk Food Berkalori Tinggi pada Fungsi dan Perilaku Otak  

Pola makan dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan cepat saji atau junk food. Menurut penelitian, mengonsumsi makanan cepat saji berkalori tinggi, bergula, dan berlemak dapat mengubah fungsi dan perilaku otak.
Foto: pixabay
Makanan cepat saji atau junk food. Menurut penelitian, mengonsumsi makanan cepat saji berkalori tinggi, bergula, dan berlemak dapat mengubah fungsi dan perilaku otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi baru menjelaskan bagaimana mengonsumsi makanan cepat saji berkalori tinggi, bergula, dan berlemak dapat mengubah fungsi dan perilaku otak. Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Michigan ini dinilai penting untuk membantu menemukan cara melawan obesitas yang terus meningkat di seluruh dunia.

Dipublikasikan di Neuropharmacology, para peneliti melibatkan tikus laboratorium sebagai objek penelitian. Melalui studi ini, peneliti ingin melihat perbedaan pada bagian otak nucleus accumbens antara tikus yang rentan obesitas dan yang resisten terhadapnya.

Baca Juga

Nucleus accumben merupakan bagian otak yang mengelola kecanduan dan berperan besar dalam melepas dopamine, zat kimia yang mengatur mood seseorang. Para peneliti membagi tikus jantan menjadi tiga kelompok: mereka yang diberi makan chow lab standar, mereka yang diberi junk food, dan mereka yang diberi junk food diikuti dengan chow biasa. Makanan junk food tersebut mirip dengan makanan manusia berkalori tinggi, termasuk makanan seperti keripik dan biskuit.

Tikus-tikus tersebut menjalani tes untuk melihat bagaimana mereka merespons isyarat makanan dan motivasi mereka untuk mencari makanan. Tikus yang rentan terhadap obesitas menunjukkan motivasi yang lebih rendah untuk mencari makanan ketika diberi junk food, tetapi meningkatkan perilaku untuk mencari makanan setelah tidak diberi junk food.

Adapun tikus yang resisten terhadap obesitas tidak menunjukkan perubahan signifikan setelah tidak diberi makanan junk food. Studi otak menunjukkan peningkatan aktivitas CP-AMPAR dalam nucleus accumbens tikus yang rentan terhadap obesitas setelah kekurangan asupan junk food, yang terkait dengan input dari korteks prefrontal medial (mPFC).

Temuan ini membantu menjelaskan mekanisme saraf di balik perubahan perilaku ini. Studi ini juga menunjukkan bahwa mengonsumsi junk food dan kemudian menghentikannya dapat menyebabkan perubahan signifikan pada otak dan perilaku, terutama pada mereka yang rentan terhadap obesitas. Memahami perubahan ini sangat penting untuk mengatasi obesitas dan menemukan target pengobatan baru.

“Temuan ini menunjukkan bahwa interaksi antara kecenderungan seseorang dan pola makan dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas,” demikian kesimpulan para peneliti seperti dilansir India Today, Selasa (23/7/2024).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement