REPUBLIKA.CO.ID, MUARA ENIM -- Beberapa wisatawan tampak mengunjungi Danau Suji di Desa Lembak, Kecamatan Lembak, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Hari itu bukan hari libur maupun weekend, namun pengunjung selalu ada. Setelah 4 tahun Mbak Dewi Shuji (Lembak Desa Wisata Dana Shuji)- sebuah Program PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Prabumulih Field, ekowisata ini sudah mandiri.
“Harapannya, tahun 2024 Mbak Dewi Shuji sudah menjadi ekowisata yang mandiri dan menjadi percontohan,” kata Bob Permana dilontarkan 4 tahun lalu, ketika mulai merintis wisata Danau Shuji ini. Kini, harapan itu terwujud.
Ketika membangun wisata Danau Shuji, Bob tidak berharap muluk-muluk. Kala itu, ia hanya ingin membantu para pemuda yang terkenal PHK. Tahun 2020, sebuah pabrik di Desa Lembak tutup yang mengakibatkan 217 orang warganya kehilangan pekerjaan. Bob bisa merasakan ketika kehilangan pekerjaan dan tidak punya uang.
Pada saat niat membersihkan danau tersebut, Bob hanya ingin mengajak orang-orang yang di-PHK ini untuk bergerak. Perkara menghasilkan uang atau tidak, urusan belakangan. Sebagai modal awal, Bob kebetulan memiliki dana. Ia sukses menjalankan pekerjaan pengamanan di Muara Enim sehingga kliennya puas dengan hasil kerjanya. Dari hasil kerja berisiko itu, Bob mendapatkan honor 560 juta rupiah. Uang sebanyak itu tak ingin dihabiskannya sendiri.
Ia menggunakan uangnya untuk memberangkatkan memberangkatkan umroh keluarga dekatnya. Juga pengurus masjid terdekatnya, Bob menggunakan uang ini untuk modal awal membersihkan danau. Bob mengatakan, ia tidak berpikir jauh bahwa upayanya akan menghasilkan.
“Yang penting jalan dulu. Teman-teman ini ada pekerjaan saat ini. Desa Lembak itu tidak ada yang tahu, padahal dia punya danau bersejarah. Ada sisa-sisa peninggalan Jepang di sini,” kata Bob.
Ia membiayai pembersihan danau selama 6 bulan dengan berbagai keraguan dari masyakarat pada umumnya. Bob melibatkan 40 orang yang terkena PHK untuk melakukan pekerjaan tersebut hingga danau menjadi bersih.
Kepercayaan Pertamina
Perjalanan hidup panjang dan tak mudah telah dilalui Bob secara personal sehingga empati pada sesama lebih besar. Bob pernah menjalani masa tahanan 6 tahun dari vonis 12 tahun 6 bulan di LAPAS yang dijuluki Alkatraz-nya Indonesia, Nusakambangan. Ketika kembali ke tengah masyarakat, tantangannya jauh lebih besar. Ia tak diterima masyarakat karena rekam jejaknya pernah dipenjara.
Namun Erwin Hendra Putra, Comrel & CID Staff Zona 4 melihat hal yang jauh lebih dalam pada diri Bob. Bukan sekadar predikasinya, namun Erwin melihat rekam jejak yang dilakukan Bob atas pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Awalnya, Pertamina memberi kepercayaan pada Bob untuk mengamankan jalur pipa dan tugas tersebut terlaksana dengan baik. Bob disegani masyarakat sehingga tak ada yang berani mengganggu hal yang dijaga Bob. Selain itu, Bob sudah merintis membersihkan danau secara swadaya sehingga program ini bukan kemauan perusahaan namun kebutuhan masyarakat.
Upaya rintisan wisata Danau Shuji ini menarik perhatian Pertamina. Bila dihitung, upaya Bob dan 40 warga ini bisa membersihkan 184,8 ton sampah yang tadinya mencemari danau, menjadi bersih. Inisiasi warga yang sudah ada merupakan modal penting bagi pemberdayaan masyarakat sebab masyarakat memang membutuhkannya.
Intervensi Pertamina ke ekowisata Danau Shuji ini melalui 3 kelompok yaitu Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata sebanyak 61 orang), Pokdarling (Kelompok Sadar Lingkungan sebanyak 10 orang), dan Protaberdasi (Program Tanggap Bencana Kebakaran Danau Shuji sebanyak 15 orang).
Dari tiga program tersebut menjadikan Lembak menjadi desa terkaya di Sumatera Selatan. Pendapatan dari Pokdarling mencapai Rp 402 juta/tahun, Pokdarwis sampai Rp 4,2 milyar/tahun, dan Protaberdasi mencapai Rp 108 juta/tahun.
Hasil angka rupiah yang bisa dihitung menjadi angka riil yang bisa dilihat dari pendampingan Danau Shuji. Harapannya, tahun 2024 Mbak Dewi Shuji sudah menjadi ekowisata yang mandiri dan menjadi percontohan. Jika dilihat dari SROI (Social Return on Investment) berangka 3,52 artinya sangat baik.
“Pertamina memperbaiki pondok-pondok yang ada dengan memanfaatkan pipa bekas dari Pertamina. Ini sangat kuat dan awet,” kata Bob. Pondok yang tadinya hanya kayu, kini menjadi lebih bagus dan kuat. Inovasi juga untuk menggunakan limbah pipa dari perusahaan.
Bantuan lain berupa sarana dan prasarana wisata sehingga mempercantik wahana di danau ini. Pertamina hanya memberikan bantuan dana sedangkan ide kreatif dan relisasinya di Pokdarwis. Termasuk papan-papan tulisan menarik kekinian merupakan ide dari Pokdarwis. Kini, setelah 4 tahun berjalan, bangunan itu masih utuh dan bisa dinikmati oleh wisatawan.
Perahu, Makanan, dan Musik
Ada banyak hal yang bisa dilakukan di Danau Shuji. Pertama tentu menikmati pemandangan. Anda bisa berjalan mengelilingi danau dan berfoto. Ada jembatan, pondok, hingga kebun karet yang berada di pinggir danau menjadi lokasi yang instagrammable.
Selanjutnya, bila ingin bermain dengan air, Anda bisa menyewa perahu. Ada dua jenis perahu yautu perahu kayuh berbentuk aneka binatang. Di perahu ini muat 2 orang, Anda bisa menyewanya sampai puasa berkeliling. Atau perahu yang memuat 4 orang dengan mesin. Perahu dengan bentuk artistik ini membawa Anda keliling danau selama 30 menit. Mulai dari ujung pintu masuk, melewati pondok-pondok, hingga di ujung tempat dinding “misterius” yang menjadi batas danau. Dinding ini dibuat seperti gua yang bisa Anda susuri.
Selebihnya, Anda bisa duduk-duduk saja sambil memesan aneka hidangan yang tersaji di warung-warung kecil. Tenang saja, harganya ramah di kantong anak-anak muda. Mulai belasan ribu saja sudah mendapatkan hidangan yang mengenyangkan.
Tak lupa musiknya. Agaknya, penata musik menyukai musik-musik nostalgia tahun 1990-an. Musik yang dilantunkan melalui pengeras suara yang menjadikan Danau Shuji selalu jadi tempat nostalgia.