REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyebab pasti kematian musisi mualaf Sinead O'Connor terungkap satu tahun setelah kematiannya. Sertifikat kematian pelantun “Nothing Compares 2 U” ini mencantumkan bahwa ia meninggal karena penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan asma.
Sertifikat kematian tersebut secara khusus mencatat bahwa meninggalnya O'Connor diakibatkan oleh eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik dan asma bronkial bersama dengan infeksi saluran pernapasan bawah tingkat rendah. Sertifikat tersebut telah didaftarkan oleh suami mendiang, John Reynolds, di London pada hari Rabu (24/7/2024), demikian seperti dilansir Billboard, Senin (29/7/2024).
O'Connor meninggal pada usia 56 tahun di rumahnya di London pada 26 Juli 2023, di mana pihak berwenang mengatakan bahwa ia ditemukan tidak responsif. Keesokan harinya, polisi mengumumkan bahwa mereka tidak menganggap kematiannya sebagai sesuatu yang mencurigakan dan telah menyerahkan penyelidikan ke kantor koroner untuk menentukan penyebab kematiannya.
Pada Januari, Pengadilan Koroner Southwark di London mengumumkan bahwa O'Connor meninggal karena sebab-sebab alamiah dan oleh karena itu, pihak koroner telah menghentikan keterlibatan mereka dalam kasus kematiannya.
Sinead O’Connor dimakamkan di Deansgrange Cemetery di Bray, County Wicklow, Irlandia pada 8 Agustus 2023. Meskipun itu adalah pemakaman Katolik, musisi legendaris yang telah mualaf tersebut dimakamkan sesuai syariat Islam dan dipimpin oleh Syekh Umar al Qadri, seorang ulama Islam dan Imam Besar di Islamic Centre of Ireland.
Syekh Umar yang juga pembimbing spiritual O'Connor mengatakan bahwa O'Connor memilih Islam sebagai agama yang dianut setelah mempelajari berbagai keyakinan.
“Ketika dia mempelajari Islam, dia mengatakan ‘Inilah agama yang selalu saya cari. Inilah iman yang selalu saya cari. Saya selalu menjadi seorang Muslim, tetapi saya tidak pernah menyadarinya’,” kata Syekh Umar.
Sementara itu, O’Connor yang mengubah namanya menjadi Syuhada Sadaqat telah berjuang melawan penyakit mental sepanjang hidupnya, termasuk PTSD, depresi, dan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada tahun 2022, putranya yang berusia 17 tahun, Shane, meninggal karena bunuh diri. Dia ditinggalkan oleh tiga orang anak, termasuk anak perempuannya Roisin Waters, yang berusia 28 tahun.